Menjadi Minangkabau di Dunia Melayu Kerinci: Identifikasi Akulturasi Budaya Minangkabau di Kerinci ditinjau dari Tinggalan Arkeologi dan Sejarah
DOI:
https://doi.org/10.22437/titian.v3i2.8221Abstract
Alam Kerinci salah satu wilayah pedalaman Sumatera dan dikelilingi bukit barisan yang membentang di bagian barat dan timur. Selain itu. wilayah ini berada ditengah-tengah dua kebudayaan besar yang sangat berpengaruh yaitu Melayu Jambi dan Alam Minangkabau. Suku kerinci sebagaimana juga halnya dengan suku-suku lain di Sumatera adalah penutur bahasa Austronesia. Berdasarkan bahasa dan adat-istiadat suku Kerinci dapat diikategorikan dekat dengan Minangkabau, akan tetapi dari segi administratif sejak masa keemerdekaan, Kerinci telah menjadi bagian dari Jambi. Kedua kondisi tersebut pada ahirnya mempengaruhi kebudayaan kerinci, baik dari segi artefaktual, maupun dari segi etnografinya. Pada artefak yang tersebar di Kerinci banyak kemiripan bentuk dengan artefaktt ual yang ada di Minangkabau, demikian juuga secara etnografi semisal sistim sosial yang juga matrilineal, atau garis eturunan dari Ibu. Sebagai bagian dari wilayah Jambi, identitas melayu Jambi juga melekat dalam identitas kebudayaan masyarakat kerinci. Fenomena ini pada akhirnya menjadi rumusan masalah yang membawa penulis untuk meneliti nya, lebih lanjut. Untuk menjawab ini maka digunakan metodologi arkeologi, dimulai proses ientifikasi kemudian melakukan analisis bentuk-bentuk akulturasi dua kebudayaan yang terdapat pada artefak dan tradisi masyarakat Kerinci. Hipotesa sementara, proses akulturasi yang terjadi bersifat perebutan dominasi, sehingga bentuk adopsi budaya yang paling mencolok dianggap sebagai patron budaya yang paling mempengaruhi, yang dalam hal ini adalah minangkaabu.
Downloads
Downloads
Published
Versions
- 2019-12-09 (1)
- 2019-12-09 (1)