Karakteristik Arsitektur Percandian Masa Klasik di DAS Batanghari
DOI:
https://doi.org/10.22437/titian.v6i1.19163Keywords:
arsitektur, percandian, karakteristik, DASAbstract
Abstrak: Peneltian ini dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik arsitektur percandian masa klasik di DAS Batanghari. Penelitian ini bersifat kualititatif eksplanatif. Dimana data lebih cenderung bersifat deskripsi dan narasi dalam menjawab pertanyaan penelitian. Sedangkan dalam tahap penelitian secara sistimatis dilakukan dengan metode arkeologi yang terdiri dari pengumpulan data, analisis data dan interpretasi data. Hasil penelitian didapatkan semua candi berorientasi ke arah sungai/ sumber air walaupun arah mata anginnya berbeda. Seperti percandian Dhamasraya; Candi Pulau Sawah yang arah hadapnya ke Timur, sedangkan Candi Padangroco arah hadapnya ke Barat Daya kecuali Candi 3 yang arah ahadapnya ke Utara. Selain itu juga dapat dilihat dari segi bahan, teknik, gaya, dan bentuknya. Demikian juga dengan percandian Muarajambi; Gumpung, Teluk, Kedaton, Koto Mahligai, Gedong I, II, Tinggi I, II, Astano, Kembar Batu, juga besar kemungkinan memiliki relasi artefaktual, ataupun data arkeologi yang sama dengan Dhamasraya. Kesamaan nampaknya ada pada arsitektur dan teknologi pembuatan meliputi: bahan yang digunakan pada candi-candi di atas adalah bata, namun ukuran bata pada masing-masing candi berbeda beda. Ukuran bata pada Candi Dhamasraya cenderung lebih kecil dari pada Percandian Muarajambi. Dapat dipastikan bahwa antara percandian di wilayah Hulu dan hilir DAS Batanghari memiliki satu relasi yang kuat, saling mempengaruhi walau belum dapat dipastikan siapa yang mempengrahui dan bagaimana proses nya. Jelas berdasarkan data diantara keduanya tersapat satucorak karakteristik arsitektur percandian khas Sumatera yang sama dari segi arsitektur bangunan, latar religi, maupun masa atau periode berlangsungnya peradaban klasik di lokasi percandian di wilayah hulu maupun hilir.
Kata Kunci: karakteristik; arsitektur; percandian; klasik; DAS
Downloads
References
Acharya, P. K. (1928). Indian Architecture according to MaÌ„nasaÌ„ra-SÌilpasÌaÌ„stra. In MaÌ„nasaÌ„ra Series 2 (hal. IV, 268 p.).
Balai Wilayah Sungai Sumatera VI. (2012). Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batanghari.
Drewett, P. L. (1999). Field Archaeology an Introduction. UCL Press.
Gray, J. (2016). Domestic Mandala: Architecture of Lifewolrd in Nepal (Vol. 148). Routledge Press.
Istiawan, B., & Utomo, B. B. (2006). Menguak Tabir Dharmasraya. 62.
Lohuizen, J. . V. D. L. (1976). Studies in South Asian Culture Volume V Iconographic Dictionary of the Indian Religions (2 ed.). E.J Brill.
Mahathera, P. (2007). Avalokitesvara: Origin, Manifestasi, and Meaning (Suryananda (ed.); electronic, Vol. 148).
Oktaviana, A. A. (2018). Hand stencils and boats in the painted rock art of the karst region of Muna Island, Southeast Sulawesi. In Te Archaeology of Sulawesi: Current Research on the Pleistocene to the Historic Period (hal. 73). ANU Press, Te Australian National University, Canberra, Australia. https://doi.org/http://doi.org/10.22459/TA48.11.2018.06
Sadzali, A. M. (2019). Hulu Ke Hilir: Jaringan Dan Sistem Perniagaan Sungai Kerajaan Srivijaya. Paradigma, Jurnal Kajian Budaya, 9(1), 61. https://doi.org/10.17510/paradigma.v9i1.276
Sadzali, A. M. (2020). Identifikasi Arkeologi Sarana dan Prasarana Mahavihara Muarajambi Sebagai Pusat Pendidikan di Asia Tenggara Pada Masa Melayu Kuno. Arkeologi Papua, 12(2), 133–151.
Sadzali, A. M., Resiyani, M. A. W. (2021). The Civilization of Batanghari River: The Relationship between Dharmasraya Temple and Muarajambi Ancient Malay Period in Religious Perspective. International Conference on Malay Identity 6rd: The Cross Culture, and Challenge of Sustanability, 7–14. https://www.conference.unja.ac.id/ICMI/index
Sudewo, E. dkk. (2011). Jejak Peradaban Hindu-Buddha di Situs Pulau Sawah. Kabupaten Dhamasraya, Provinsi Sumatera Barat. 25, 1–24.
Tikno, S. (2000). Analisis Debit Di Daerah Aliran Sungai Batanghari. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, 1(1), 101–108.
Utomo, B. B. (2016). Persinggahan Terakhir: Rumah Peradaban Sriwijaya di Muarojambi. 1–38.
Widiatmoko, A. (2015). Situs Muarajambi Sebagai Mahavihara Abad Ke-7 – 12 Masehi. Universitas Indonesia.
Yusdi Andra & Asyhadi Mufsi Sadzali. (2017). Kajian Kepuasan Pengunjung Obyek Wisata Warisan Budaya Kawasan Candi Muara Jambi Sebagai Cagar Budaya Nasional Dan Kandidat Warisan dunia. Titian : Jurnal Ilmu Humaniora, 1(2), 2019–2223.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2022 Asyhadi Mufsi Sadzali
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.