Bahaso Kamuden dalam Komunikasi Lisan di Lingkungan Remaja Semurup Kabupaten Kerinci
DOI:
https://doi.org/10.22437/titian.v7i2.30792Keywords:
komunikasi, lisan, bahaso kamuden, remajaAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bahaso kemuden yang dituturkan oleh masyarakat Siulak Kabupaten Kerinci. Analisis difokuskan pada bentuk, makna, serta fungsi bahaso kemuden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, teknik wawancara, catat, dan rekam. Data dianalisis menggunakan metode agih dengan menerapkan teknik ganti, lesap, dan sisip untuk mengetahui bentuk dan makna. Analisis kemudian dilanjutkan dengan mengunakan metode padan translasional, padan referensial, dan padan pragmatik untuk menentukan makna dan fungsi bahaso kemuden. Analisis dilakukan dengan menghubungkan pada teori Chaer (1994); Wardhaugh (1986); dan Searle (1969). Dari hasil analisis ditemukan ada dua bentuk bahaso kemuden, yakni berbentuk (1) kata, dan (2) frasa. Bentuk yang paling banyak ditemukan adalah bentuk kata. Hal demikian diasumsikan karena kata merupakan unit terkecil yang mudah mengalami perubahan makna. Makna bahaso kemuden yang ditemukan dalam penelitian ini adalah (1) cacat mental atau fisik, (2) sifat atau perilaku dan (3) bagian tubuh . Makna bahaso kemuden yang paling banyak ditemukan adalah makna yang merujuk pada sikap dan perilaku. Diasumsikan hal ini menunjukkan bahwa sikap dan perilaku merupakan hal yang sangat penting dan menjadi bagian yang diperhatikan oleh masyarakat Semurup. Bahaso kemuden ini memiliki tiga fungsi, yakni (1) representatif, (2) direktif, dan (3) ekspresif. Fungsi yang paling sering muncul adalah ekspresif karena dilarang, bahaso kemuden dianggap dapat menjadi media untuk mengekspresikan perasaan penutur.
Abstract
The research is aimed at analyzing bahaso kemuden used by the speakers of Semurup language in Kerinci. The analysis focuses on the form, meaning, and function of bahaso kemuden. The data are collected by using observational method with interview, record, and note-taking technique. The analysis is conducted by using distributional method with substitution, deletion, and insertion techniques in order to figure out the form of bahaso kemuden. The data are also analyzed by using translational , referential, and pragmatic identity method to describe the meaning, and the function of bahaso kemuden. The analysis is related to the concept proposed by Chaer (1994); and Wardhaugh (1986); and Searle (1969). The result shows that there are two forms of bahaso kemuden. They are (1) word and (2) phrase. The word form is the most dominant in bahaso kemuden since it is the smallest unit of meaning which tends to change or shift. The meanings of bahaso kemuden refer to (1) mental or physical illness, (2) bad attitude or bad attribute, and (3) body, The meanings of bahaso kemuden are generaly referred to attitude and attribute. It can be inferred that attitude and attribute are considered important in Semurup society. In terms of function, there are three functions of bahaso kemuden. They are (1) representative, (2) directive, and (3) expressive. Expressive is used as the highest frequency. This implies that through this function, the feeling of the speaker can be expressed profoundly.
Downloads
References
Afria, R. (2016). Peristiwa Tutur, Campur Kode, dan Alih Kode Antara Pedagang dan Pembeli di Pasar Tanjung Bajure Kota Sungai Penuh. Tsaqofah dan Tarikh: Jurnal Kebudayaan dan Sejarah Islam, 1(2), 143-154. doi:http://dx.doi.org/10.29300/ttjksi.v1i2.722
Afria, R., Harianto, N., & Izar, J. (2022). Explanation of Prohibitions on Agricultural Culture in the Structure, Social Function, and Trust of Kerinci Community. Proceeding International Conference on Malay Identity, 3, 170-179. Retrieved from https://www.conference.unja.ac.id/ICMI/article/view/185
Allan, Keith dan Kate Burridge. (2006). Forbidden Words: Taboo and the Censoring of Language. Cambrodge University Press: Cambridge.
Almos, Rona. (2013). ‘Ujaran Pantang Salah Satu Budaya Tutur Masyrakat Minangkabau’. Jurnal Elektronik Jabatan Bahasa dan kebudayaan Melayu. Indonesia : Universitas Gadjah Mada.
Ami, W. F., Ernanda, E., & Afria, R. (2022). Tindak Tutur Representatif pada Film Surau dan Silek dalam Bahasa Minangkabau. Kalistra: Kajian Linguistik dan Sastra, 1(1), 23 - 36. Retrieved from https://online-journal.unja.ac.id/kal/article/view/18710
Aminuddin. (2011). Semantik . Pengantar studi tentang makna. Bandung:Sinar Baru Algensindo
Azizah, A. R. (2019). Penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Gaul di Kalangan Remaja. SKRIPTA Universitas PGRI Yogyakarta
Bakhtiar, Mohsen. (2011). Assessing The Offensiveness Level of Taboo Words in Persian. The Journal of International Social Research, Vol. 4 Issue 19 hal. 15-23
Bloomfield, Leonard. (1933). Language. USA : Henry Holt and Company inc.
Brown, Penolope dan Stephen C Levinson. (1987). “Universals in Language Usage: Politeness Phenomenaâ€. Dalam Question and Politeness. Penyunting Esther N Goody. Cambridge: Cambridge University Press.
Chaer, Abdul. (1994). Linguistik Umum. Jakarta : PT Rineka Cipta
Dewi, R. (2006). ‘Ujaran Tabu dalam Bahasa Minangkabau Kajian Antropologi Linguistik’ : Skripsi. Padang : Universitas Andalas.
Endriani, H., Ernanda, E., & Afria, R. (2023). Alih Kode Dialek Kecamatan Danau Kerinci dengan Bahasa Korea: Studi Kasus pada Penggemar Budaya Korea. Kajian Linguistik Dan Sastra, 2(3), 293-304. Retrieved from https://online-journal.unja.ac.id/kal/article/view/24358
Fashya, Mahmud dan Suhendar Euis. (2013). ‘Variabel Sosial sebagai Penentu Penggunaan Makian dalam Bahasa Indonesia. Jurnal Masyarakat Linguistik Indonesia. Th. Ke 31. No. 1 , 81-102
Febrianti, Y. F. (2021). Penggunaan Bahasa Gaul Terhadap Eksistensi Bahasa Indonesia pada Masyarakat. Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP).
Frazer, B. (1990). ‘Perspective on Politeness’. Jurnal of Pragmatics 14:219-236.
Ghounane, Nadia. (2014). ‘A Sociolinguistic View Of Linguistic Taboos And Euphemistic Strategies In The Algerian Society: Attitudes And Beliefs In Tlemcen Speech Community’. IMPACT: International Journal of Research in Applied, Natural and Social Science. Vol. 2, Issue 3, Mar 2014, 73-88
Gunarwan, Asim. (1994). “Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan Indonesia Jawa di Jakarta: Kajian Sosiopragmatikâ€. Makalah disajikan dalam pertemuan linguistik Lembaga Bahasa Atmajaya ketujuh. Universitas Atmajaya Jakarta.
Gunarwan, Asim. (2004). “Pragmatik, Kebudayaan, dan Pengajaran Bahasaâ€. Makalah dalam Seminar Nasional Semantik III: Pragmatik dan Makna Interaksi Sosial. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Gusnayetti. (2021). Dampak Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Remaja Terhadap Bahasa Indonesia. ESR
Harmedianti, H., Ernanda, E., & Afria, R. (2023). Variasi Leksikal Bahasa Kerinci Isolek Desa-desa di Kecamatan Depati Tujuh Kabupaten Kerinci: Kajian Dialektologi . Kalistra: Kajian Linguistik Dan Sastra, 1(3), 257-270. Retrieved from https://online-journal.unja.ac.id/kal/article/view/20307
Hymes, Dell. (1980).’Toward Ethographies of Communication: ‘The Analysis of Communication Event’ dalam language and Social Context. New York: Pinguin Books.
Jay, Timothy. (1999). Why We Curse: A Neuro-psycho-social Theory of Speech. John Benjamins: Philadelphia
Kridalaksana, Harimurti. (2001). Kamus Linguistik. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Kusmana, A., & Afria, R. (2018). Analisis Ungkapan Makian dalam Bahasa Kerinci: Studi Sosiolinguistik. Titian: Jurnal Ilmu Humaniora, 2(02), 173 -. https://doi.org/10.22437/titian.v2i02.6090
Laksana, Darma I.K. (2003). ‘Tabu dalam Bahasa Bali’ : Disertasi. Depok: Universitas Indonesia.
Leech, Geoffrey. (1983). Prinsip-prinsip Pragmatik. Diterjemahkan oleh Dr.M.D.D OKA, MA. Jakarta: Universitas Indonesia
Levinson, Stephen C. (1983). Pragmatics. London. Cambridge University Press.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya. Jakarta: PT Grafindo Pustaka
Mbete, A.M. (1996). ‘Kata-kata Tabu dalam Bahasa Sumba Dialek Kambera’. Linguistika. Denpasar: Pascasarjana Universitas Udayana
Mey, Jacob L. (1993). Pragmatics: An Introduction. UK: Balckwell Publisher.
Moleong. Lexy J. (1996). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Muliawati, H. (2016). Variasi Bahasa Gaul Pada Mahasiswa UNSW Agati Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Tahun 2016. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Nadra. (2009). Dialektologi: Teori dan Metode. Yogyakarta: Elmatera Publising.
Nathesan, S. (2008). Makna Dalam Bahasa Melayu, Kuala Lumpur. Dewan
Oktavianus, dan Ike Revita. (2013). Kesantunan dalam Bahasa Minangkabau. Padang: Minangkabau Press
Oktavianus. (2006). Analisis Wacana Lintas Bahasa. Padang: Andalas University Press. Pustaka
Widya Dara Anindya, V. N. (2021). Bentuk Kata Ragam Bahasa Gaul di Kalangan Pengguna Media
Yelnim, Y. (2018). The Influence Of Bigger Thomas’ Hatred Toward The White As Reflected Through His Attitude As Seen In Native Son By Richard Wright. Titian: Jurnal Ilmu Humaniora, 2(1), 125 - 139. https://doi.org/10.22437/titian.v2i1.5220
Yelnim, Y. (2019). Bahaso Jaek Dalam Masyarakat Siulak Kerinci: Kajian Pragmatik. Titian: Jurnal Ilmu Humaniora, 3(1), 152 - 161. https://doi.org/10.22437/titian.v3i1.7024
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Yelnim Yelnim
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.