Citraan Penglihatan Pada Antologi Puisi Nono Warnono “Kidung Langit”

Penulis

  • Melia Widiarti Universitas Negeri Surabaya
  • Didik Nurhadi Universitas Negeri Surabaya
  • Ina Ika Pratita Universitas Negeri Surabaya

DOI:

https://doi.org/10.22437/kalistra.v3i3.34035

Kata Kunci:

citraan, penglihatan, analisis, spiritual

Abstrak

This study examines visual imagery in Nono Warnono's poetry anthology "Kidung Langit." Through a qualitative approach, this study analyzes how visual imagery is used in selected poems to convey profound spiritual and social meanings. "Kidung Langit" analysis focuses on poems such as "Berlayar di Samudra Makrifat," "Berjaraknya Harapan dan Nyata," "Akhir Zaman," "Maha Bendara," and "Kidung Langit." The research findings show that this anthology consists of several poems that express the author's feelings and views on life through strong imagery. Several poems in "Kidung Langit" cover the themes of divinity, the search for the meaning of life, and reflection on nature. For example, in the poem "Lelayaran Ing Samodra Makrifat," Warnono describes a spiritual journey using the imagery of the sea and waves as symbols of the search for identity and forgiveness. Visual imagery is very dominant in the poems in "Kidung Langit." The use of repetition and contrast is also clearly visible, where Warnono often repeats certain phrases to emphasize the feelings or ideas he wants to convey.

Abstrak

 Penelitian ini mengkaji citraan penglihatan dalam antologi puisi Nono Warnono "Kidung Langit." Melalui pendekatan kualitatif, penelitian ini menganalisis bagaimana citraan penglihatan digunakan dalam puisi-puisi terpilih untuk menyampaikan makna spiritual dan sosial yang mendalam. “Kidung Langit” analisis berfokus pada puisi-puisi seperti "Berlayar di Samudra Makrifat," "Berjaraknya Harapan dan Kenyataan," "Akhir Zaman," "Maha Bendara," dan "Kidung Langit." Temuan penelitian menunjukkan bahwa Antologi ini terdiri dari beberapa puisi yang mengekspresikan perasaan dan pandangan penulis terhadap kehidupan melalui citraan yang kuat. Beberapa puisi dalam "Kidung Langit" mencakup tema ketuhanan, pencarian makna hidup, dan refleksi terhadap alam. Misalnya, dalam puisi "Lelayaran Ing Samodra Makrifat," Warnono menggambarkan perjalanan spiritual menggunakan citraan laut dan ombak sebagai simbol pencarian jati diri dan pengampunan. Citraan penglihatan sangat dominan dalam puisi-puisi di "Kidung Langit." Penggunaan repetisi dan pengontrasan juga terlihat jelas, di mana Warnono sering kali mengulangi frasa tertentu untuk menekankan perasaan atau ide yang ingin disampaikan.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

##submission.downloads##

Diterbitkan

2024-09-30

Cara Mengutip

Widiarti, M., Nurhadi, D. ., & Pratita, I. I. . (2024). Citraan Penglihatan Pada Antologi Puisi Nono Warnono “Kidung Langit”. Kajian Linguistik Dan Sastra, 3(3), 342-351. https://doi.org/10.22437/kalistra.v3i3.34035

Terbitan

Bagian

Articles