BAHASA MARAH PEREMPUAN MINANG DITINJAU DARI FUNGSI HEMISFER OTAK
DOI:
https://doi.org/10.22437/titian.v1i1.3967Abstract
Bahasa dalam konsep neurologis merupakan keseluruhan dari ekspresi diri seseorang ketika ia harus berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan demikian bahasa bukan hanya sebatas verbal, nonverbal, dan kompetensi linguistik yang dimiliki oleh seorang individu saja, tetapi adalah produk reaktif dari milyaran jumlah sel-sel saraf di otak yang dipengaruhi oleh culture di mana individu tersebut berada. Bawaan genetis dan perlakuan terhadapnya membentuk kepribadian seorang individu sesuai jenis kelamin yang diciptakan olehNya, yaitu laki-laki dan perempuan. Masing-masingnya akan mengekspresikan diri dalam sistem sosial budaya.
Tulisan ini membahas tentang bagaimana perempuan minang mengekspresikan diri melalui bahasa lisan yang digunakannya ketika dalam keadaan marah. Berdasarkan fungsi hemisfer otak, maka ditemukan perbedaan berbahasa seseorang, tidak saja antara jenis kelamin yang berbeda, tetapi juga disebabkan oleh lingkungan budaya yang membentuknya. Demikian juga dengan perempuan minang dalam berbahasa dipengaruhi oleh fungsi hemisfer otak yang membentuk kepribadiannya. Apabila fungsi emosional perempuan minang bekerja secara sempurna dengan kecerdasan yang dimilikinya--begitu sebaliknya, maka bahasa yang digunakan dalam keadaan marah dapat mencerminkan karakter dan latar sosial budaya yang membentuknya.
Language in neurological concept is the whole of the expression of a person when he has to relate and communicate with others. Thus language is not merely verbal, nonverbal, and linguistic competence possessed by an individual alone, but is a reactive product of billions number of nerve cells in the brain that are affected by the culture in which the individual resides. Genetic inheritance and her treatment forming an individual's personality according sexes created by Him, ie male and female. Each will express themselves in the socio-cultural system.This paper discusses how women minang express themselves through spoken language he used when in anger. Based on the functions of the brain hemispheres, then found someone to speak differences, not only between the sexes, but also due to the cultural environment that shape it. Likewise, the Minang women in speaking affected by brain hemispheres functions that make up personality. If the emotional function of Minang women to work perfectly with its intelligence - and vice versa, the language spoken in anger can reflect the character and socio-cultural background that shape it.
Downloads
Downloads
Published
Versions
- 2017-09-30 (1)
- 2017-09-30 (1)