Dualisme Kesultanan di Jambi dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Abad 17-18
Isi Artikel Utama
Abstrak
Kejatuhan pelabuhan Malaka ketangan Portugis, membuat pusat-pusat perdagangan lama muncul kembali salah satunya adalah Jambi. Pada awal abad ke-17 Jambi hadir sebagai pelabuhan terkaya ke-2 di Sumatera. Atas reputasi Jambi tersebut Voc mulai tertarik untuk mengunjungi Jambi. VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) berhasil berhasil menjalin kontak kerjasama dengan kesultanan Jambi masa kepemimpinan Sultan Abdul Kahar (1615-1643). VOC mendapat izin membuka loji di Muara Kumpeh serta mendapat hak monopoli perdagangan lada di Jambi. VOC mulai menguasai perdagangan di Jambi hingga melakukan intervensi politik di kesultanan Jambi. Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk melihat dualisme kepemimpinan yang terjadi di Kesultanan Jambi akibat dari intervensi yang dilakukan Belanda serta dampaknya terhadap perekonomian. Metode yang digunakan dalam tulisan ini ialah metode sejarah. Dimulai dari pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi dan dituangkan ke dalam bentuk karya tulisan (historiografi). Hasil penelitian ini menunjukkan intervensi yang dilakukan VOC berhasil memecah Kesultanan Jambi menjadi dua yaitu Hulu dan Hilir (1696). VOC berhasil melengserkan kekuasaan yang sebelumnya dan menggantikan sultan yang pro terhadap mereka. Kesuksesan VOC memonopoli perdagangan lada di Jambi serta memanipulasi perekonomian di Kesultanan, yang tanpa disadari hal tersebut membawa Kesultanan Jambi pada kemunduran dan kemerosotan ekonomi bahkan nyaris jatuh miskin.
Unduhan
Rincian Artikel
![Creative Commons License](http://i.creativecommons.org/l/by-sa/4.0/88x31.png)
Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.