Pengkajian Teknologi Pengelolaan Air Pada Budidaya Padi di Lahan Sawah Bukaan Baru
DOI:
https://doi.org/10.22437/jiituj.v4i1.10303Abstract
Dalam rangka mempertahankan swasembada beras dan memantapkan ketahanan pangan nasional pemerintah telah telah membuka sekitar 3.2 juta ha areal sawah baru di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Pada periode 2011-2014 telah mencetak sawah seluas 385.100 ha. Di Provinsi Jambi (Kabupaten Merangin) pada tahun 2015-2016 telah dicetak sawah seluas 2.750 ha. Penggunaan air sawah bukaan baru terbilang boros sehingga dibutuhkan pengelolaan air yang tepat untuk mendukung pertumbuhan dan produksi padi sawah bukaan baru. Pengkajian Teknologi Pengelolaan Air Pada Budidaya Padi di Lahan Sawah Bukaan Baru dilaksanakan di Desa Rejo Sari kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin pada tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengelolaan air secara terputus (intermitten) atau pengairan basah kering (PBK) terhadap perubahan sifat kimia tanah serta pertumbuhan dan produksi tanaman padi pada lahan sawah bukaan baru. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan yaitu : Pengelolaan air terdiri dari (1) Pengairan cara petani setempat (PCP) sejak tanam sampai 15 hari menjelang panen, (2) PBK mulai 4 - 51 HST dan pengairan penuh pada 51 HST sampai menjelang panen, dan (3) PBK mulai 4 - 96 HST dan pengeringan pada 96 – 105 HST. Rekomendasi pupuk berdasarkan hasil pengukuran dengan PUTR (Perangkat Uji Tanah Rawa). Analisis data dengan metode analisis sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%. Hasil pengkajian diperoleh bahwa tanah lokasi pengkajian mempunyai tekstur liat, pH tanah masam, kandungan Fe tingi, kandungan hara dan kejenuhan basa rendah. Dengan Pengairan Basah Kering mulai 4-95 HST dan pengeringan pada 96–105 HST memberikan produksi tertinggi dari ketiga sistem pengairan yang diuji. Pengelolaan air dengan sistem PBK mulai 4 – 95 HST dan pengeringan pada umur tanaman padi 96 – 105 HST, dapat meningkatkan hasil sebesar 27,1% dibandingkan dengan cara petani (pengairan terus menerus).