RUANG PUBLIK DAN KOMUNIKASI DIALOGIS ORANG RIMBA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUA BELAS PROVINSI JAMBI
DOI:
https://doi.org/10.22437/jiseb.v24i01.13476Abstract
Orang Rimba sebagai Komunitas Adat Terpencil (KAT) mengalami marjinalisasi karena kebijakan pemerintah dalam alih fungsi lahan hutan menjadi lahan perkebunan sawit dan karet. Kondisi ini mendorong pada aktor pembangunan seperti LSM untuk melakukan pemberdayaan dengan ruang publik dan komunikasi dialogis antara orang rimba dengan pemerintah, swasta maupun LSM dalam bentuk ruang publik fisik berupa dialog dan ruang publik non fisik berupa radio komunitas. Tujuan penelitian ini yaitu : (1) Menjelaskan aktivitas ruang publik fisik dan non fisik orang rimba dalam mengaspirasikan keinginan mereka, (2) Menjelaskan proses komunikasi dialogis di ruang publik dalam membicarakan masalah kebijakan pemerintah. Metode penelitian ini adalah studi literatur dari artikel hasil penelitian dan buku yang berkenaan dengan ruang publik dan komunikasi dialogis. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan pendekatan kualitatif menggunakan teori kritis, historis dan bersifat praktis dalam mengkaji ruang publik sebagai emansipatoris. Penelitian studi kasus ditujukan untuk melakukan kajian ruang publik sebagai bentuk komunikasi dialogis antara orang rimba dengan pemangku kepentingan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ruang publik dalam memberdayakan orang rimba adalah dalam bentuk (1) diskusi, dialog dan musyawarah dalam mengatasi permasalahan penguasaan hutan, (2) pembinaan di basecamp LSM Warsi dalam memfasilitasi sekolah formal, (3) pembinaan melalui Radio Benor FM untuk meningkatkan keahlian anak-anak Orang Rimba dalam teknologi.
Downloads
Downloads
Published
Versions
- 2021-11-05 (2)
- 2021-11-05 (1)