This is an outdated version published on 2019-06-19. Read the most recent version.

House Yard Medicinal Plants of Dusun Kampung Baru Society as Biology Learning Resources of SMA Negeri 1 Merlung Tanjung Jabung Barat

DOI:

https://doi.org/10.22437/bio.v5i1.5937

Keywords:

Medicinal plants, haouse yard, learning resources, contextual learning

Abstract

Medicinal plants in house yard of Dusun Kampung Baru Society in Merlung village have a potential to be learning resources for schools around the village, especiallyfor SMA Negeri 1 Merlung. The objective of this study is to know the feasibility of biodiversity of medicinal plants as biology learning resourcesfor the students of SMA Negeri 1 Merlung. The results of this study showed that Kampung Baru society planted 21 species of medicinal plants belonging to 18 families, in the form of herbaceous plant, shrubs, and trees. There were 21 types of diseases that can be treated with these plants, by using leaves, fruit, rhizomes, or sap. House yard and its medicinal plants classified as a learning resources by utilization in the form of setting. The feasibility as learning resourcesbased onthe value of utilizations to the society. House yard and its medicinal plants can be called living laboratories, because it was a small ecosystem with a diversity of plants that are used by the community in the form of knowledge of utilization of medicinal plants. Through contextual learning, students are trained to be critical and analytical in gaining information and constructing a complete knowledge about subject matter with its application in society.

Keywords: Medicinal plants, haouse yard, learning resources, contextual learning

Abstrak. Tanaman obat pekarangan Masyarakat Dusun Kampung Baru Desa Merlung berpotensi menjadi sumber belajar bagi sekolah-sekolah di sekitar desa, salah satunya ialah SMA Negeri 1 Merlung. Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui kelayakan keanekaragaman tumbuhan obat pekarangan tersebut sebagai sumber belajar biologi SMA Negeri 1 Merlung. Hasil penelitian menggambarkan bahwa Masyarakat Dusun Kampung Baru menanam 21 jenis tanaman obat yang tergolong ke dalam 18 famili, berupa tumbuhan herba, perdu, dan pohon. Terdapat 21 jenis penyakit yang dapat diobati dengan tanaman-tanaman tersebut, baik dengan memanfaatkan daun, buah, rimpang, atau getah. Pekarangan dan tumbuhan obat di dalamnya digolongkan sebagai sumber belajar termanfaatkan (by utilization) yang berbentuk latar lingkungan (setting). Kelayakannya sebagai sumber belajar disebabkanoleh nilai manfaatnya bagi masyarakat. Pekarangan dan tanaman obat di dalamnya dapat disebut sebagai laboratorium hidup karena menjadi ekosistem kecil dengan keanekaragaman spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dalam wujud pengetahuan pemanfaatan tanaman obat. Melalui pembelajaran kontekstual, siswa dilatih agar kritis dan analitis dalam menggali informasi dan mengonstruksi bangunan ilmu yang utuh tentang materi pelajaran dengan penerapannya di masyarakat.

Katakunci:Tanaman obat, pekarangan, sumber belajar, pembelajaran kontekstual

Downloads

Download data is not yet available.

References

Berns, R.G., & Erickson, P.M. (2001). Contextual teaching and learning: Preparing Students for the New Economy. Columbus: National Dissemination Center for Career and Technical Education, The Ohio State University.
Hariyadi, B., & Kurniawan, D.A. (2018). Deceiving the Queen: Integrating Jambinese Traditional Honey Gathering into Science Learning. Jurnal Biodik 4(2): 60-76.
Hendarawati, E. (2013). Pengaruh pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri terhadap hasil belajar siswa SDN 1 Sribit Delanggu pada pelajaran IPS. Pedagogia 2(1): 59-70.
Hidayat, R., Walujo, E.B., & Wardhana, W. (2014). Etnobotani pekarangan Masyarakat Melayu di Dusun Mengkadai Sarolangun, Jambi. Dalam: Aryanta, I.W.R., Pangkahila, J.A., Silalahi, M., Adiputra, I.G.K, & Arsana I.N. (eds.). (2014). Prosiding seminar nasional. Integrasi keanekaragaman hayati dan kebudayaan dalam pembangunan berkelanjutan. Denpasar: Program Studi Biologi FMIPA Universitas Hindu Indonesia: 73-80.
Hidayat, R., Noviana, L., Lestari, A.A., & Tampubolon, A.R.P. (2016). Taman TOGA Desa Badang Sepakat sebagai sumber pembelajaran kontekstual Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Biologi dan Prakarya. Dalam: Kapli, H. (ed.). (2016). Prosiding seminar regional. Meningkatkan peran biologi dalam pembangunan Daerah Jambi. Jambi: FKIP Universitas Jambi: 130-139.
Irsyad, M.N., Jumari, & Murningsih. (2013). Studi etnobotani Masyarakat Desa Sukolilo kawasan Pegunungan Kendeng Pati Jawa Tengah. Bioma.15(1): 27-34.
Khanifah, S., Pukan, K.K., & Sukaesih, S. (2012). Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Unnes Journal of Biology Education 1(1): 66-73.
Rohani, A. (1997). Media instruksional edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Sadikin, A., Saudagar, F., & Muslim, F. (2018). Development of the Biology Textbook of Process Evaluation and Learning Outcome for Students in Biology Education, University of Jambi. BIODIK, 4(2), 83-94.
Sadikin, A., Aina, M., & Hakim, N. (2016). Penerapan asesmen berbasis portofolio dan jurnal belajar untuk meningkatkan kemampuan metakognitif dan motivasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Perencanaan Pengajaran Biologi. BIODIK, 2(2), 50-61.
Safitri, R., & Candra, A. (2015). Pengaruh pemberian sari buah belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.) terhadap tekanan darah sistolik tikus Sprague dawley. Journal of Nutrition College 4(2): 541-546.
Silalahi, M., Supriatna, J., Walujo, E.B., & Nisyawati. (2014). Keanekaragaman tumbuhan obat pada berbagai satuan lanskap dan pemanfaatannya oleh sub-etnis Batak Toba di Desa Peadungdung Sumatera Utara. Dalam: Aryanta, I.W.R., Pangkahila, J.A., Silalahi, M., Adiputra, I.G.K, & Arsana I.N. (eds.). (2014). Prosiding seminar nasional. Integrasi keanekaragaman hayati dan kebudayaan dalam pembangunan berkelanjutan. Denpasar: Program Studi Biologi FMIPA Universitas Hindu Indonesia: 42-47.
Smith, B.P. (2010). Instructional strategies in family and consumer sciences: Implementing the contextual teaching and learning pedagogical model. Journal of Family and Consumer Sciences Education 28(1): 23-38.
Soetomo, M. (1992). Mengelola pekarangan sejahtera. Bandung: Sinar Baru.
Souders, J. (1999). Contextually based learning: Fad or proven practice [Internet]. Washington DC: American Youth Policy Forum. Available from: http://www.aypf.org/forumbriefs/1999/fb070999.htm.
Syarif, M. (2015). Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun 2015 mata pelajaran biologi SMA/SMK. Jakarta: Badan PSDMPK-PMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Walujo, E.B. (2009). Etnobotani: Memfasilitasi penghayatan, pemutakhiran pengetahuan dan kearifan lokal dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan. Dalam: Purwanto, Y. & Walujo, E.B. (eds.). (2009). Keanekaragaman hayati, budaya, dan ilmu pengetahuan. Prosiding seminar etnobotani IV. LIPI Press, Jakarta: 11-20.
Wijayakusuma, H. (1992). Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia. Jakarta: Pustaka Kartini.
Yustyan, S., Widodo, N., & Pantiwati, Y. (2016). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Pembelajaran Berbasis Scientific Approach Siswa Kelas X SMA Panjura Malang. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 1(2).

Downloads

Published

2019-06-19

Versions

How to Cite

House Yard Medicinal Plants of Dusun Kampung Baru Society as Biology Learning Resources of SMA Negeri 1 Merlung Tanjung Jabung Barat. (2019). BIODIK, 5(1), 48-58. https://doi.org/10.22437/bio.v5i1.5937

Issue

Section

Articles