Penciptaan Karya Tari Senjang Berdasarkan Tradisi Ngadu Tanduk di Kerinci
DOI:
https://doi.org/10.22437/jpps.v3i1.27730Keywords:
tradisi, ngadu tanduk, kesetaraanAbstract
Karya “Senjang” ini terinspirasi dari tradisi Ngadu Tanduk yang pada hakikatnya tradisi Ngadu Tanduk hanya memperbolehkan kaum laki-laki saja untuk memainkannya, hal ini terjadi dikarenakan adanya stigma bahwa perempuan adalah kaum yang lemah hingga tidak diperbolehkan untuk memainkan tradisi ini dan dianggap melanggar peraturan adat, dimana dalam peraturan adat kedudukan perempuan di kerinci hanya bertugas di dapur, kasur, dan sumur. Dari fenomena tersebut pengkarya menemukan adanya isu ketidak setaraan gender dimana pada saat ini perempuan mampu melakukan banyak hal layaknya seperti yang dilakukan oleh kaum laki-laki. Kesetaran merupakan poin utama yang di ungkap dalam karya “Senjang” ini. Dalam penggarapan karya “Senjang” menggunakan media tanduk yang terbuat dari rotan sebagai simbol kekuatan dan semangat seorang perempuan dalam menghadapi kehidupan. Karya “Senjang” menggunakan gerak silat langkah tigo sebagai dasar pijakan dalam pengembangan bentuk-bentuk gerak pada karya “Senjang” ini, musik dalam karya “Senjang” diambil dari motif pukulan musik tradisi Ngadu Tanduk yang terdiri dari alat musik Gendang, Gong dan vokal, kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan karya “Senjang”.