https://online-journal.unja.ac.id/STP/issue/feed Jurnal Silva Tropika 2024-07-10T20:46:51+07:00 Eva Achmad evaachmad@unja.ac.id Open Journal Systems <p style="text-align: justify;"><strong><img src="https://online-journal.unja.ac.id/public/site/images/eachmad/silva-tropika-header-inside.jpg" alt="" width="1316" height="129" /></strong></p> <p style="text-align: justify;"><strong>Title:</strong> Jurnal Silva Tropika<br /><strong>ISSN:</strong> P-ISSN: <a href="https://portal.issn.org/resource/ISSN/2615-8353">2615-8353</a> and E-ISSN: <a href="https://portal.issn.org/resource/ISSN/2621-4113">2621-4113</a><br /><strong>Subject:</strong> Forest Planning, Forest Policy, Forest Resources Utilization, Forest Ergonomics, Forest Ecology, Forest Inventory, Silviculture, and Management of Regional Ecosystems.<br /><strong>Frequency Publish:</strong> Regularly Two times a year in June and December.<br /><strong>Journal Abbreviation:</strong> Jurnal Silva Tropika<br /><strong>Language:</strong> English and Indonesian<br /><strong>Indexed at:</strong> <a href="https://journals.indexcopernicus.com/search/details?id=129412&amp;lang=en">Copernicus</a>, <a href="https://garuda.kemdikbud.go.id/journal/view/17292">Garuda</a> and <a href="https://scholar.google.com/citations?user=J-t8kGEAAAAJ&amp;hl=en">Google Scholar</a></p> <p style="text-align: justify;">Jurnal Silva Tropika is an open-access journal that contains scientific information on research results. Basically, this journal discusses tropical forest resource management. This journal is published twice a year and covers ecology and forest management, forest cultivation or silviculture, and the technology and utilization of forest products. Besides that, it also discusses forest protection and forest conservation, including forest ecotourism.</p> <p style="text-align: justify;">The first edition of Jurnal Silva Tropika was published in 2016. Initially, this journal had the initial name with Zwagery in 2013. But then, in 2015, this journal's name was changed to Forests and Environment Journal or JHTL.</p> <p style="text-align: justify;">JHTL was changed into Jurnal Silva Tropika one year later with ISSN Print No. 2615-8353 based on SK no. 0005.26158353 / JI.3.1 / SK.ISSN / 2018.03 - 23 March 2018 and ISSN Online 2621-4113 based on SK no. 0005.26214113 / JI.3.1 / SK.ISSN / 2018.06 (starting edition Vol. 2, No. 2, June 2018).</p> <p style="text-align: justify;"> </p> https://online-journal.unja.ac.id/STP/article/view/33017 Potensi Silvofishery Sebagai Blue Carbon Reservoir dan Sumber Pendapatan Masyarakat di Desa Sawah Luhur, Banten dalam Mitigasi Perubahan Iklim 2024-06-04T09:59:54+07:00 Salsa Fauziyyah Adni adistipermatasari@apps.ipb.ac.id Gintan Fatimah adistipermatasari@apps.ipb.ac.id Hanum Resti Saputri adistipermatasari@apps.ipb.ac.id Khorina Rahmadhani adistipermatasari@apps.ipb.ac.id Adisti Permatasari Putri Hartoyo adistipermatasari@apps.ipb.ac.id <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em>Sawah Luhur Village, Banten community has a fishery cultivation livelihood using silvofishery system. Silvofishery systems have high potential in storing carbon stocks in climate change mitigation. However, baseline data related to blue carbon reservoirs and sources of community income from the silvofishery system are still limited. This research aims to estimate carbon stocks (blue carbon reservoir) and calculate community income in the silvofishery system in Sawah Luhur Village, Banten. The method used was an allometric approach to estimate the amount of potential carbon stocks, analysis of vegetation on 100 plots, and interviews with the community. Biomass and carbon stock data were collected using non-destructive sampling on 20 transects perpendicular to the shoreline with 5 square plots measuring 10 m x 10 m for each transect line. The silvofishery economic assessment in Sawah Luhur Village uses the total economic value approach which is calculated from the sum of the direct benefits of the presence of mangrove resources. It is estimated that the average carbon stock stored in 10 ponds at the stake and pole level yields 94.67 tons/ha. The silvofishery system in fish farming ponds is dominated by milkfish with yields from each pond ranging from IDR 1,500,000 to IDR 7,000,000 per harvest (mangrove and fish components). </em></p> <p><em> </em></p> <p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: biomass, carbon, mangrove, Rhizophora mucronata</em></p> <p> </p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><em>Masyarakat di Desa Sawah Luhur, Banten memiliki mata pencaharian budidaya perikanan dengan sistem silvofishery. Sistem silvofishery memiliki potensi tinggi dalam menyimpan cadangan karbon dalam mitigasi perubahan iklim. Akan tetapi, baseline data terkait simpanan cadangan karbon (blue carbon reservoir) dan sumber pendapatan masyarakat dari sistem silvofishery masih terbatas. Tujuan riset ini adalah untuk mengestimasi simpanan karbon (blue carbon reservoir) dan menghitung pendapatan masyarakat pada sistem silvofishery di Desa Sawah Luhur, Banten. Metode yang digunakan dalam mengestimasi cadangan karbon adalah pendekatan allometrik dengan membuat 100 plot contoh dan mengidentifikasi jenis pada tingkat pancang dan pohon. Wawancara dilakukan kepada masyarakat terkait pendapatan dari silvofishery. Hasil riset menunjukkan bahwa cadangan karbon tersimpan pada tingkat pancang dan pohon sebesar 94,67 ton/ha. Jenis yang dominan adalah Rhizophora mucronata dan Avicennia marina, sedangkan jenis tambak yang banyak dibudidayakan adalah ikan bandeng (Chanos chanos). Pendapatan masyarakat dari pengembangan sistem silvofishery berkisar antara Rp 6.000.000,- sampai Rp 24.000.000,- per tahun. Sistem silvofishery berpotensi tinggi dalam menyimpan cadangan karbon dan meningkatkan pendapatan masyarakat.</em></p> <p><em> </em></p> <p><strong><em>Katakunci</em></strong><em>: biomassa, karbon, mangrove, Rhizophora mucronata</em></p> 2024-06-30T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 Salsa Fauziyyah Adni, Gintan Fatimah, Hanum Resti Saputri, Khorina Rahmadhani, Adisti Permatasari Putri Hartoyo https://online-journal.unja.ac.id/STP/article/view/26133 Ekologi Punak (Tetrameristra glabra Miq.) Di Hutan Lindung Gambut Sungai Buluh Kecamatan Mandahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur 2023-06-16T14:00:31+07:00 Nursanti Nursanti rudi_rk@ymail.com Zuhratus Saleh Wulandaridep@gmail.com Wulandari Wulandari Wulandaridep@gmail.com Suci Ratna Puri wulandaridep@gmail.com Yasri Syarifatul Aini wulandaridep@gmail.com <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Punak (T. glabra Miq.) is a type of tree that grows in peat swamp forest in Sungai Buluh HLG. Punak wood is classified as strong class III in fresh condition, while in dry wind conditions it is classified as strong class II and durable class III. This research was conducted at HLG Sungai Buluh, Mandahara Ulu District, Tanjung Jabung Timur Regency. with the aim of knowing the ecological conditions of punk plants in the Sungai Buluh HLG. Data collection was done by making 30 sample plots placed by purposive sampling where there were peaks. The data taken in the sample plot is tree vegetation with a diameter of 10 cm dbh. In addition to vegetation data, the physical environment for growth was also taken in the form of temperature, humidity, light intensity and soil pH. The results of the study found 60 individuals of punak trees (T. glabra Miq.) with a density of 50 individuals/ha. The punak habitat in the Sungai Buluh HLG is composed of 45 plant species from 22 families with a total of 569 individuals. The diversity index is 1.48 which is included in the moderate or moderate category. Punak plants have a high level of association with other plants, namely D. confentiflora with an association index value based on the Jaccard index of 0.77, M. motleyana of 0.77, D. siamang of 0.76, S.uliginosa 0.67, S. scorpioides 63 and K. laurina 0.57. Punak trees have environmental data that the daily temperature ranges from 24.25-280C, daily humidity ranges from 68.25-80.50C and the average value of light intensity is 505 lux, with soil pH ranging from 3-4 and into the category of sapric peat maturity or peat with a high level of maturity.</p> <p>Keyword : <em>Ecologi,Tetramerista glabra </em>Miq<em>.,HLG sungai Buluh</em></p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>&nbsp;</p> <p>Punak (<em>T. glabra </em>Miq.) merupakan salah satu jenis pohon&nbsp; yang tumbuh&nbsp; di hutan rawa gambut di HLG Sungai Buluh. Kayu&nbsp; punak tergolong&nbsp; kelas&nbsp; kuat&nbsp; III dalam&nbsp; kondisi&nbsp; segar&nbsp; sedangkan dalam kondisi kering angin masuk dalam kelas kuat II dan kelas awet III. Penelitian ini dilakukan di HLG Sungai Buluh Kecamatan Mandahara Ulu Kabupaten Tanjung jabung Timur,dengan tujuan untuk mengetahui kondisi ekologi tumbuhan punak di HLG Sungai Buluh. &nbsp;Pengambilan data dengan cara membuat 30 plot contoh yang diletakkan secara purposive sampling pada tempat terdapat punak. Data yang diambil dalam plot contoh yaitu vegetasi pohon dengan diameter ≥10 cm dbh. Selain data vegetasi, juga diambil fisik lingkungan tumbuh berupa suhu, kelembaban,intensitas cahaya dan pH tanah. Hasil penelitian ditemukan 60 individu pohon punak (<em>T. glabra</em> Miq.)&nbsp; dengan kerapatan 50 individu/ha. Habitat punak di HLG Sungai Buluh disusun oleh 45 jenis tumbuhan dari 22 suku dengan total 569 individu. Indeks keanekaragaman sebesar 1,48&nbsp; yang termasuk kedalam katagori sedang atau cukup melimpa. Tumbuhan punak memiliki tingkat asosiasi yang tinggi dengan tumbuhan lain yaitu <em>D. confentiflora</em> dengan nilai indeks asosiasi berdasarkan <em>indeks jaccard</em> sebesar 0,77, <em>M. motleyana</em> sebesar 0,77, <em>D.</em> <em>siamang</em> sebesar 0,76, <em>S.uliginosa</em> 0,67, <em>S. scorpioides 63 dan </em>&nbsp;<em>K. laurina</em> sebesar 0,57.pohon punak memiliki data&nbsp; lingkungan yang bersuhu&nbsp; harian berkisar antara 24,25- 28<sup>0</sup>C, kelembaban harian berkisar antara 68,25-80,5<sup>0</sup>C dan nilai rata-rata intensitas cahaya sebesar 505 lux, dengan pH tanah berkisar antara 3-4 dan masuk kedalam katagori kematangan gambut saprik atau gambut dengan tingkat kematangan yang tinggi.</p> <p>&nbsp;</p> <p>Kata kunci : <em>Ekologi,Tetramerista glabra </em>Miq<em>.,HLG sungai Buluh.</em></p> 2024-06-30T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 Nursanti Nursanti, Zuhratus Saleh, Wulandari Wulandari https://online-journal.unja.ac.id/STP/article/view/35824 Identifikasi Spesies Burung di Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Sari Provinsi Jambi 2024-07-10T15:24:56+07:00 Cory Wulan cory.wulan@unja.ac.id Aprima Lorenza cory.wulan@unja.ac.id Jauhar Khabibi jauhar.khabibi@gmail.com <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em>The diversity of bird species in an area can reflect the integrity of the ecosystem and the biodiversity found within it. The existence of a bird in a habitat is very important in a forest ecosystem, for example, birds play an important role in the process of reproduction of vegetation types in the forest, namely in the process of seed dispersal and pollination. This research on identifying this bird species was carried out in the Bukit Sari Grand Forest Park, Jambi Province, which was carried out in two habitats, namely secondary forest and bushes. Bird observations were carried out using the point count method. The results of the research show that in the Bukit Sari Grand Forest Park there are 13 species of birds from 10 families. In the secondary forest there are 9 species of birds from 8 families, in the bush there are 9 species of birds from 7 families. The highest number of individuals was found in the bush habitat with a total of 81 birds, while in the secondary forest habitat there were 52 individuals. The diversity index value (H'), Margalef species richness (R) and species evenness (E) of birds around the Bukit Sari Grand Forest Park, Jambi Province, respectively are H' 2.3, R is 2.5 and E is 0 .9. There are five dominant bird species at each observation point, namely the alang-alang moth (Centropus bengalensis), gray bentet (Lanius schach), merbah cerucuk (Pycnonotus goiavier), finches (Pycnonotus aurigaster) and yellow-rumped woodpecker (Picus flavinucha).</em></p> <p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: bird, Bukit Sari Grand Forest Park, habitat</em></p> <p> </p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><em>Keanekaragaman spesies burung di suatu daerah dapat mencerminkan keutuhan ekosistem dan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya. Keberadaan suatu burung disuatu habitat sangat penting dalam ekosistem hutan salah satu contohnya sebagaimana burung berperan penting dalam proses perkembangbiakan spesies vegetasi di dalam hutan yakni dalam proses penyebaran biji dan penyerbukan. Penelitian tentang identifikasi spesies burung ini di laksanakan di Taman Hutan Raya Bukit Sari Provinsi Jambi, yang dilakukan pada dua habitat yaitu hutan sekunder dan semak belukar. Pengamatan burung dilakukan dengan menggunakan metode point count. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kawasan Taman Hutan Raya Bukit Sari terdapat 13 species burung dari 10 famili. Pada hutan sekunder terdapat 9 spesies burung dari 8 famili, pada semak belukar terdapat 9 spesies burung dari 7 famili. Jumlah individu paling banyak terdapat pada habitat semak belukar dengan total 81 individu burung sedangkan pada habitat hutan sekunder sebanyak 52 individu. Nilai indeks keanekaragaman (H’), kekayaan spesies Margalef (R) dan kemerataan spesies (E) burung di sekitar Taman Hutan Raya Bukit Sari Propinsi Jambi, masing-masing sebesar H’ 2,3 (sedang), R sebesar 2,5 (rendah) dan E sebesar 0,9 (tinggi). Terdapat lima spesies burung yang dominan pada 2 habitat pengamatan yaitu bubut alang-alang (Centropus bengalensis), bentet kelabu (Lanius schach), merbah cerucuk (Pycnonotus goiavier), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan pelatuk kuduk kuning (Picus flavinucha).</em></p> <p><em> </em></p> <p><strong><em>Katakunci</em></strong><em>: burung, habitat, Taman Hutan Raya Bukit Sari</em></p> 2024-06-30T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 Cory Wulan, Aprima Lorenza, Jauhar Khabibi https://online-journal.unja.ac.id/STP/article/view/35826 Pengaruh Penambahan Berbagai Bahan Organik pada Media Tanam Sub Soil Terhadap Pertumbuhan Bibit Petai (Parkia speciosa) 2024-07-10T15:48:24+07:00 Hamzah Hamzah hamzah@unja.ac.id Rizky Ayu Hardiyanti rizkyayu.hardiyanti@yahoo.com Rajjitha Handayani rajjithahandayani@unja.ac.id Jenny Rumondang rumondangj@unja.ac.id Indah Tri Utari rumondangj@unja.ac.id <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em>Petai is a plant that belongs to the MPTS (Multi Purpose Tree Species) plant type which can be used multiple times for both wood and non-wood. Petai also has benefits from an economic perspective (fruit and wood) and ecology (legume plants fertilize the soil) so it needs to be cultivated well. There are several factors that influence the quality of cultivation results, one of which is the planting media. The planting medium used is soil in the sub-soil layer as an alternative to top soil. However, this layer is not as fertile as the top soil layer, so it is necessary to add soil improving materials (Ameliorants), for example organic materials. This research aims to analyze the effect of adding various organic materials to sub-soil planting media on the growth of Petai seedlings and to obtain the best organic material composition to add to sub-soil planting media which can have a real influence on the growth of Petai seedlings. This research was carried out for 3 months using a completely randomized design (CRD) method with 1 factor, namely planting media (M) consisting of 5 treatments, namely m1 (Sub soil + compost 3:1), m2 (Sub soil + husk charcoal 2:1), m3 (Sub soil + Cocopeat 2:1), m4 (Sub soil + Boiler ash 4:1) and m5 (Sub soil + Laying chicken manure + Sand 1:2:1). The best organic material composition to add to the sub soil planting medium is cocopeat (2:1).</em></p> <p><em>&nbsp;</em></p> <p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: petai, planting media, organic materials.</em></p> <p><em>&nbsp;</em></p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><em>Petai merupakan tumbuhan yang tergolong dalam jenis tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) yang dapat dimanfaatkan secara ganda baik kayu maupun non kayunya. Petai juga memiliki manfaat dari segi ekonomi (buah dan kayunya) maupun ekologi (tumbuhan legum menyuburkan tanah) sehingga perlu dibudidayakan dengan baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hasil budidaya salah satunya media tanam. Media tanam yang digunakan adalah tanah pada lapisan sub soil sebagai alternatif pengganti tanah top soil. Namun, lapisan ini tidak sesubur lapisan top soil sehingga diperlukan penambahan bahan pembenah tanah (Amelioran) contohnya bahan organik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penambahan berbagai bahan organik pada media tanam sub soil terhadap pertumbuhan bibit petai serta untuk mendapatkan komposisi bahan organik terbaik untuk ditambahkan ke media tanam sub soil yang dapat memberikan pegaruh nyata dalam pertumbuhan bibit Petai. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) 1 faktor yaitu media tanam (M) yang terdiri dari 5 perlakuan yaitu m1 (Sub soil + kompos 3:1), m2 (Sub soil + arang sekam 2:1), m3 (Sub soil + Cocopeat 2:1 ), m4 (Sub soil + Abu boiler 4:1 ) dan m5 (Sub soil + Pupuk kandang ayam petelur + Pasir 1:2:1). Komposisi bahan organik terbaik untuk ditambahkan ke dalam media tanam sub soil adalah cocopeat (2:1).</em></p> <p><em>&nbsp;</em></p> <p><strong><em>Katakunci</em></strong><em>: petai, media tanam, bahan organik.</em></p> 2024-06-30T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 Hamzah Hamzah, Rizky Ayu Hardiyanti, Rajjitha Handayani, Jenny Rumondang, Indah Tri Utari https://online-journal.unja.ac.id/STP/article/view/33812 Sifat Kimia Kayu Medang Sereh Berdasarkan Bagian Kayu dan Posisi Batang 2024-07-10T13:25:06+07:00 Riana Anggraini nanuk_onra@yahoo.co.id Jauhar Khabibi jauhar.khabibi@gmail.com Suci Ratna Puri nanuk_onra@yahoo.co.id <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>The other properties of medang sereah (<em>Litsea sp.</em>) wood that need to be identified are the chemical properties of wood based on the part (terrace and sapwood) and the position of the trunk (base, middle, and end). The purpose of identifying the nature of this lemongrass medang wood will facilitate the introduction of lemongrass medang wood types with other types of medang wood. In addition, it will facilitate the process of working and the purpose of using these types of wood further according to their characteristics because the identification of wood properties is an initial process in determining the allocation of wood utilization. The levels of holocellulose, alpha-cellulose, hemicellulose in the core have relatively greater levels than the sapwood. The hemicellulose content at the base has a relatively higher value compared to the end and middle of the medang citronella log. The lignin content of the sapwood part has a lower tendency compared to the terrace. The results of the analysis also showed that the wood at the end of the trunk had a fairly high lignin content compared to the base of the trunk.</p> <p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: Litsea sp., wood position, wood chemical, terrace and sapwood</em></p> <p> </p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Sifat kayu medang sereh lainnya yang perlu diidentifikasi yaitu sifat kimia kayu berdasarkan bagian (teras dan gubal) dan posisi batangnya (pangkal, tengah, dan ujung). Tujuan mengidentifikasi sifat kayu medang sereh ini, maka akan mempermudah dalam pengenalan jenis kayu medang sereh dengan jenis kayu medang lainnya. Selain itu, akan mempermudah proses pengerjaan dan tujuan penggunaan jenis kayu tersebut lebih lanjut sesuai karakteristiknya karena identifikasi sifat kayu merupakan suatu proses awal dalam menentukan alokasi pemanfaatan kayu. Pengujian komponen kimia mengacu pada standar ASTM. Kadar holoselulosa, alpha-selulosa, hemiselulosa bagian teras memiliki kadar relatif lebih besar dibandingkan bagian gubal. Kadar hemiselulosa pada bagian pangkal memiliki nilai yang relatif lebih tinggi daibandingkan bagian ujung dan tengah batang kayu medang sereh. Kadar lignin bagian gubal memiliki kecenderungan lebih rendah dibandingkan dengan bagian teras. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa kayu dibagian ujung batang memiliki kadar lignin yang cukup tinggi dibandingkan bagian pangkal batang.</p> <p><strong><em>Kata kunci</em></strong><em>: medang sereh, posisi batang, kimia kayu, bagian teras dan guba</em><em>l</em></p> 2024-06-30T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 Riana Anggraini, Jauhar Khabibi, Suci Ratna Puri https://online-journal.unja.ac.id/STP/article/view/35335 Analisis Pendapatan Petani Getah Pinus KTH Bina Saudara Pada Wilayah KPH XIII Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara 2024-07-10T20:46:51+07:00 Fazriyas Fazriyas fazriyasjbi@yahoo.com Twelvi Aprilita Nababan fazri_yas@unja.ac.id Riri Oktari Ulma fazri_yas@unja.ac.id <p style="font-weight: 400;"><strong>ABSTRACT</strong></p> <p style="font-weight: 400;"><em>Pinus merkusii is a tree species that produces both timber and non- timber forest products. The abundance of pine potential in the protected forest area of KPH XIII Dolok Sanggul in Parsingguran I Village makes it possible to collect pine sap through tapping carried out by KTH Bina Saudara through a partnership pattern which can contribute to increasing the income of KTH Bina Saudara members. To find out how much pine resin tapping contributes to the income of KTH members, it is necessary to do a cost analysis. This study aims to determine the income from tapping pine resin, to find out income outside of tapping pine resin and to find out the contribution of tapping to KTH income. Data analysis used in this research is descriptive analysis and quantitative analysis by calculating revenue analysis, cost analysis, income and contribution analysis. The results of the research conducted in Parsingguran I Village showed that KTH members' income was greater from tapping pine resin with a total income of 19 respondents in one year of Rp. 950,401,898 and income from a side job outside of tapping pine resin as a farmer, which is Rp. 44,612,646 with 7 respondents out of a total of 19 respondents. Tapping of pine resin contributes 95.52% to KTH Bina Saudara's income.</em></p> <p style="font-weight: 400;"><em> </em></p> <p style="font-weight: 400;"><strong><em>Keywords</em></strong><em>: income of farmer, pine sap.</em></p> <p style="font-weight: 400;"> </p> <p style="font-weight: 400;"><strong>ABSTRAK</strong></p> <p style="font-weight: 400;"><em>Pinus merkusii merupakan jenis pohon yang menghasilkan hasil hutan baik kayu maupun non kayu. Melimpahnya potensi pinus pada hutan lindung wilayah KPH XIII Dolok Sanggul yang berada di Desa Parsingguran I memungkinkan dilakukannya kegiatan pemungutan getah pinus melalui penyadapan yang dilaksanakan oleh KTH Bina Saudara melalui pola Kerjasama kemitraan yang dimana dapat memberikan kontribusi meningkatkan pendapatan anggota KTH Bina Saudara. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi penyadapan getah pinus terhadap pendapatan anggota KTH maka perlu dilakukan analisis biaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan dari penyadapan getah pinus, mengetahui pendapatan diluar penyadapan getah pinus dan mengetahui besararan kontribusi penyadapan terhadap pendapatan KTH. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif dan analisis kuantitatif dengan menghitung analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan dan kontribusi. Hasil Penelitian yang dilakukan di Desa Parsingguran I menunjukkan bahwa pendapatan anggota KTH lebih besar bersumber dari penyadapan getah pinus dengan total pendapatan 19 responden dalam satu tahun sebesar Rp. 950.401.898 dan pendapatan dari pekerjaan sampingan diluar penyadapan getah pinus sebagai petani yaitu sebesar Rp. 44.612.646 dengan jumlah responden 7 orang dari total keseluran responden sebanyak 19 orang. Penyadapan getah pinus memberikan kontribusi sebesar 95,52% terhadap pendapatan KTH Bina Saudara.</em></p> <p style="font-weight: 400;"><em> </em></p> <p style="font-weight: 400;"><strong><em>Katakunci</em></strong><em>: getah pinus, pendapatan petani.</em></p> 2024-06-30T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 Fazriyas Fazriyas, Twelvi Aprilita Nababan, Riri Oktari Ulma