Jurnal Ilmiah Ners Indonesia https://online-journal.unja.ac.id/JINI <p class="justify">Jurnal Imiah Ners Indonesia (JINI) is an open access that is published by Nursing Science Study Program - Medical Faculty and Health Science Jambi University publish each year in May and November with six articles in each publication.</p> <p class="justify">Jurnal Ilmiah Ners Indonesia has the Online ISSN Number (<a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&amp;1591326829&amp;1&amp;&amp;" target="_blank" rel="noopener">2722-9211</a>) and Print ISSN Number (<a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&amp;1591336835&amp;1&amp;&amp;" target="_blank" rel="noopener">2722-922X</a>) since 2020.</p> en-US <p><em><strong>Jurnal Ilmiah Ners Indonesia (JINI)</strong> memberikan akses terbuka </em><em><span id="result_box" lang="id">terhadap siapapun agar informasi dan temuan pada artikel tersebut bermanfaat bagi semua orang. Semua konten artikel Jurnal ini dapat diakses dan diunduh secara gratis, tanpa dipungut biaya, sesuai dengan </span></em><em><a href="https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/" target="_blank" rel="noopener">lisensi creative commons</a>Â yang digunakan.</em></p> <p><a href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/" rel="license"><img src="https://i.creativecommons.org/l/by-sa/4.0/88x31.png" alt="Lisensi Creative Commons" /></a><br />Ciptaan disebarluaskan di bawah <a href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/" rel="license">Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional</a>.</p> jini@unja.ac.id (Yosi Oktarina, S.Kep., Ners., M.Kep) jini@unja.ac.id (Admin JINI) Thu, 28 Nov 2024 22:44:00 +0700 OJS 3.2.1.1 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 Efikasi Diri, Dukungan Sosial, dan Self-Care Management Klien Hipertensi https://online-journal.unja.ac.id/JINI/article/view/37546 <p><em>A serious illness that can raise morbidity and death rates is hypertension. Unhealthy habits contribute to many health issues and are one of the main causes of disease. Patients' inadequate self-care behaviors lead to disease consequences. This results from a demand for increased social support and self-assurance. This study examines the connection among hypertension patients' self-efficacy social support, self-care management, and social support. Correlation analytics is used in the research design using a cross-sectional methodology. Purposive sampling was used to get a sample of 44 responders. Being over eighteen, having a hypertension diagnosis, and being literate in writing and collaborative work were requirements for inclusion. The General Presieved Self-Efficacy Scale, Social Support RAND Health, and Self-Care Management (a modified method of assessing African Americans' self-care behaviors and blood pressure knowledge) were the research instruments utilized. The chi-square and odds ratio (OR) tests were utilized in the data analysis. Self-efficacy (p=0.003; 0R=7.667) and social support (p=0.004; OR=7.219) were found to be statistically significantly correlated with self-care management in hypertension patients. For hypertension patients, social support and high self-efficacy can enhance self-care management, allowing blood pressure control and preventing problems</em><em>.</em> <em>The results of the research are the basis for nurses in developing interventions to improve hypertension self-care management through managing self-efficacy and social support.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p style="font-weight: 400;">Hipertensi adalah penyakit yang berpotensi meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Gaya hidup yang tidak sehat menjadi penyebab utama penyakit, yang menyebabkan beberapa masalah. Perilaku perawatan diri yang buruk pada klien menyebabkan komplikasi penyakit. Dukungan sosial dan kepercayaan diri yang rendah adalah penyebabnya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dukungan sosial dan efikasi diri berkorelasi dengan manajemen perawatan diri pasien hipertensi. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan analitik korelasi dan metode <em>cross-sectional.</em> Metode purposive sampling digunakan untuk mengumpulkan sampel dari 44 orang yang menjawab. Mereka yang diterima berusia minimal 18 tahun dan memiliki kemampuan membaca, menulis, dan bekerja sama. Instrument penelitian menggunkan kuesioner efikasi diri (<em>General presieved self-efficacy scale), </em>dukungan sosial (<em>Social support</em> <em>RAND Health), </em>dan <em>self care management (</em>modifikasi dari<em> measuring blood pressure knowledge and self-care behaviors of African Americans). </em>Analisis data menggunakan uji <em>chi square </em>dengan uji o<em>dds ratio (OR). </em>Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan secara statistic antara efikasi diri (p=0,003; OR=7,667) dan dukungan sosial (p=0,004; OR=7,219) dengan <em>self care menagament</em> pada klien hipertensi. Efikasi diri dan dukungan sosial yang baik dapat meningkatkan <em>self care management</em> pada klien hipertensi sehingga tekanan darah dapat terkontrol dan mencegah komplikasi. Hasil penelitian menjadi dasar perawat dalam mengembangkan intervensi peningkatkan manajemen perawatan diri hipertensi melalui pengelolaan efikasi diri dan dukungan social.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Kata Kunci: </strong>Dukungan sosial, efikasi diri, hipertensi, <em>self care management</em></p> <p style="font-weight: 400;"> </p> Sofy Norma Susanti, Sukarmin Sukarmin, Muhamad Jauhar, Novi Tiara, Lasmini Lasmini Copyright (c) 2024 Jurnal Ilmiah Ners Indonesia https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://online-journal.unja.ac.id/JINI/article/view/37546 Thu, 28 Nov 2024 00:00:00 +0700 Hubungan Fatigue dengan Kualitas Hidup pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSD dr. Soebandi Jember https://online-journal.unja.ac.id/JINI/article/view/35531 <p style="font-weight: 400;"><em>Chronic kidney failure was a disease that occurred due to progressive problems with kidney function that could not be changed, often requiring kidney replacement therapy, specifically hemodialysis. Hemodialysis was a treatment that individuals with chronic kidney failure had to undergo throughout their lives. However, hemodialysis therapy could cause several side effects, such as fatigue. Sustained fatigue that was not treated promptly reduced a patient’s quality of life. This study aimed to analyze the relationship between fatigue and quality of life in chronic kidney failure patients who underwent hemodialysis at RSD dr. Soebandi Jember. This research used a correlative quantitative research design with a cross-sectional approach. The total sample consisted of 93 respondents, with a 10% addition for potential dropouts, processed using G*Power. The sampling technique used non-probability sampling in the form of consecutive sampling. The instruments that were used were the FACIT-Fatigue Scale and WHOQOL-BREF. The hypothesis test employed Kendall's Tau-C. The results of the correlation test analysis showed a p-value of 0.000 (&lt; 0.05) and a calculated r value of -0.418. The conclusion of this study was that there was a relationship between fatigue and quality of life in hemodialysis patients, with the strength of the relationship being moderate and the direction negative. This meant that the higher the level of fatigue felt, the more a patient’s quality of life decreased. Therefore, it was necessary to conduct a more in-depth study regarding the symptoms of fatigue so that appropriate interventions could reduce fatigue levels, thereby improving patients’ quality of life.</em></p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstrak</strong></p> <p style="font-weight: 400;">Gagal ginjal kronik merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan tidak dapat diubah sehingga memerlukan terapi pengganti ginjal yaitu hemodialisis. Hemodialisis merupakan terapi yang harus dijalani oleh penderita gagal ginjal kronis sepanjang hidupnya. Namun terapi hemodialisis dapat menimbulkan beberapa efek samping seperti fatigue atau kelelahan. Fatigue yang berkepanjangan dan tidak segera ditangani dapat menurunkan Kualitas Hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan fatigue dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSD dr. Soebandi Jember. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel adalah 93 responden yang diolah menggunakan G*Power dengan penambahan 10% untuk dropout. Teknik pengambilan sampel menggunakan non-probability sampling yang berbentuk konsekutif sampling. Instrumen yang digunakan adalah FACIT-Fatigue Scale dan WHOQOL-BREF. Uji hipotesis yang digunakan adalah Kendall Tau-C. Hasil analisis uji korelasi menunjukkan nilai p sebesar 0,000 &lt; 0,05 dan nilai r hitung sebesar -0,418. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan antar fatigue dengan kualitas hidup pada pasien hemodialisis dengan kekuatan hubungan kedua variabel adalah sedang dan arah hubungan negatif. Artinya semakin menurun fatigue yang dirasakan maka semakin tinggi kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian lebih mendalam mengenai gejala – gejala fatigue sehingga dapat diberikan intervensi yang tepat untuk menurunkan tingkat fatigue sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Kata kunci</strong> : <em>Fatigue</em>, Gagal Ginjal Kronik, Hemodialisis, Kualitas Hidup.</p> Dewi Diniyatul Maulidiyah, Murtaqib Murtaqib, Muhamad Zulfatul A'la Copyright (c) 2024 Jurnal Ilmiah Ners Indonesia https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://online-journal.unja.ac.id/JINI/article/view/35531 Thu, 28 Nov 2024 00:00:00 +0700 Aplikasi Pendekatan Teori Virginia Henderson pada Pasien Close Fraktur Epifisis Radius Distal Dextra: Studi Kasus https://online-journal.unja.ac.id/JINI/article/view/35965 <p><em>One type of trauma with a reasonably high incidence is fracture. The main goals of managing fracture injuries are to reduce pain, obtain and maintain the optimal anatomical position of the bone fragments, allow and assist the bone fusion process, and restore optimal function. Various actions taken to treat fractures can cause different responses in patients. The active role of nurses is needed in providing quality nursing care services by integrating nursing model theory, the ultimate goal of which is to achieve the patient's level of independence. This case study aims to apply the Virginia Henderson Theory approach to a patient with a Close Fracture of the Epiphysis of the Distal Radius of the Dextra. The case study design of nursing care for patients with a Close Fracture of the Epiphysis of the Distal Dextra Radius using the Virginia Henderson Theory approach was carried out by collecting data according to the flow of the nursing process, namely assessment, determining a nursing diagnosis, preparing an intervention plan, carrying out nursing actions, and carrying out evaluations. The number of cases used in this case study is 1 case. Data analysis was carried out from the beginning of the assessment process, and documentation was carried out every day for 4 days to get a picture of the development of the patient's condition. The case study was conducted on 1 – 4 June 2024 at Radjiman Wediodiningrat Lawang Hospital. The case study results show that nursing care using the Virginia Henderson Theory approach is effectively applied to patients with a Close Distal Dextra Radius Epiphysis Fractures. </em><em>By Henderson's theory, the nurse's caring role as a substitute (doing for the patient), additional role (helping the patient), and complementary role (working with the patient) is expected to help the patient become as independent as possible.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p style="font-weight: 400;">Salah satu jenis trauma dengan angka kejadian yang cukup tinggi adalah fraktur. Tujuan utama penatalaksanaan cedera pada fraktur yaitu mengurangi rasa nyeri, mendapatkan dan mempertahankan posisi yang optimal dan anatomis dari pecahan tulang, mengijinkan dan membantu proses penyatuan tulang, dan mengembalikan fungsi yang optimal. Berbagai tindakan yang dilakukan untuk penanganan fraktur dapat menimbulkan berbagai respon yang berbeda pada pasien. Peran aktif perawat dibutuhkan dalam memberikan layanan asuhan keperawatan yang berkualitas dengan mengintegrasikan teori model keperawatan, yang tujuan akhirnya adalah mencapai tingkat kemandirian pasien. Tujuan dari studi kasus ini adalah mengaplikasikan pendekatan Teori Virginia Henderson pada pasien <em>Close Fraktur Epifisis Radius Distal Dextra</em>. Desain studi kasus asuhan keperawatan pada pasien <em>Close Fraktur Epifisis Radius Distal Dextra </em>dengan pendekatan Teori Virginia Henderson dilakukan dengan cara mengumpulkan data sesuai alur proses keperawatan, yaitu pengkajian, menentukan diagnosis keperawatan, melakukan penyusunan rencana intervensi, melaksanakan tindakan keperawatan, dan melakukan evaluasi. Jumlah kasus yang digunakan pada studi kasus ini adalah 1 kasus. Analisis data dilakukan sejak awal proses pengkajian dan dilakukan pendokumentasian setiap hari selama 4 hari untuk mengetahui gambaran perkembangan kondisi pasien. Studi kasus dilakukan pada tanggal 1 – 4 Juni 2024 di Rumah Sakit Radjiman Wediodiningrat Lawang.Hasil studi kasus menunjukkan asuhan keperawatan dengan pendekatan Teori Virginia Henderson efektif diterapkan pada pasien <em>Close Fraktur Epifisis Radius Distal Dextra. </em>Sesuai dengan teori Henderson bahwa peran <em>caring</em> perawat sebagai pengganti (melakukan untuk pasien), peran tambahan (membantu pasien), dan peran pelengkap (bekerja dengan pasien), diharapkan dapat membantu pasien menjadi semandiri mungkin.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Kata kunci:</strong> Aplikasi, Fraktur, Keperawatan, Teori, Virginia Henderson</p> Atikah Fatmawati, Dicky Arimbi Copyright (c) 2024 Jurnal Ilmiah Ners Indonesia https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://online-journal.unja.ac.id/JINI/article/view/35965 Thu, 28 Nov 2024 00:00:00 +0700 Validity of Blood Pressure Measurement in Hypertention Patients https://online-journal.unja.ac.id/JINI/article/view/36305 <p>Hypertension is abnormal blood pressure and should measure more than once. Precise blood pressure measurements will produce valid data. This research aims to determine the validity of blood pressure in hypertensive patients. The method is quantitative with a cross-sectional research design, sampling technique using accidental, namely as many as 153 respondents, at the Rawasari Community Health Center, Jambi City, and the kappa test is used to statistical test. The validity of the measurement uses accuracy, specificity, and sensitivity tests. The results obtained were 66% of respondents with degree 1 hypertension on the right arm and 58.8% on the left arm. Blood pressure in the right arm correlates with blood pressure in the left arm and vice versa with values of p = 0.000. The sensitivity value is 73.2%, the specificity value is 88.7%, and the accuracy value is 83%. But the left arm has a sensitivity value of 78.8%, a specificity value of 85.1%, and an accuracy value of 83%. Blood pressure measurement on the right arm is more valid than the left arm because it has a higher specificity and positive predictive value and has a higher LR+ value. The conclusion is that the right arm is better for measuring blood pressure.</p> Diah Merdekawati, Dasuki Dasuki, Aguspairi Aguspairi Copyright (c) 2024 Jurnal Ilmiah Ners Indonesia https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://online-journal.unja.ac.id/JINI/article/view/36305 Thu, 28 Nov 2024 00:00:00 +0700 Hubungan Pemberdayaan Diri dengan Kecerdasan Emosional Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSD dr. Soebandi Jember https://online-journal.unja.ac.id/JINI/article/view/36311 <p><em>Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease that places a significant emotional and cognitive burden on patients, making them vulnerable to various psychological problems. Individuals with Diabetes Mellitus generally experience emotional challenges such as anxiety, stress, fear, and guilt. Self-empowerment plays an important role in enabling patients to exercise control over their condition and improve their emotional intelligence. This study aims to analyze the relationship between self-empowerment and emotional intelligence in type 2 Diabetes Mellitus patients at RSD dr. Soebandi Jember. This research used an analytical observational design with a cross-sectional approach and involved 112 participants selected through consecutive sampling. The Diabetes Empowerment Scale Long Form (DES-LF) instrument and the Trait Emotional Intelligence Questionnaire Short Form (TEIQUE-SF) were used to assess self-empowerment and emotional intelligence, respectively. Data analysis was carried out using Pearson correlation with a significant level of 0.01. The results showed that the mean value of self-empowerment was 52.96 (SD=±2.8), while the average value of emotional intelligence was 152.53 (SD=±20.8). A strong positive relationship between self-empowerment and emotional intelligence was found (p-value = 0.000, was r = 0.999). Higher levels of self-empowerment were associated with increased emotional intelligence in type 2 Diabetes Mellitus patients. These findings underline the importance of improving emotional intelligence.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p style="font-weight: 400;">Masalah utama dalam penanganan Diabetes Mellitus (DM) adalah beban emosional dan kognitif yang signifikan dialami pasien, yang membuat mereka rentan terhadap berbagai masalah psikologis. Individu dengan Diabetes Mellitus sering menghadapi tantangan emosional seperti kecemasan, stres, ketakutan, dan rasa bersalah. Pemberdayaan diri memainkan peran penting untuk membantu pasien mengelola kondisi mereka secara efektif dan meningkatkan kecerdasan emosional dalam menghadapi penyakit ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pemberdayaan diri dan kecerdasan emosional pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSD dr. Soebandi Jember. Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan <em>cross-sectional</em> dan melibatkan 112 responden yang menggunakan teknik sampling <em>consecutive sampling</em>. Instrumen <em>Diabetes Empowerment Scale Long Form</em> (DES-LF) dan <em>Trait Emotional Intelligence </em>Questionnaire Short Form (TEIQUE-SF) digunakan untuk menilai pemberdayaan diri dan kecerdasan emosional secara berturut-turut. Analisis data dilakukan menggunakan korelasi Pearson dengan tingkat signifikan 0,01. Hasil menunjukkan bahwa nilai rata-rata pemberdayaan diri adalah 52,96 (SD=±2,8), sedangkan nilai rata-rata kecerdasan emosional adalah 152,53 (SD=±20,8). Ditemukan hubungan positif yang kuat antara pemberdayaan diri dan kecerdasan emosional (p-value = 0,000, r = 0,999). Tingkat pemberdayaan diri yang lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan kecerdasan emosional pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2. Temuan ini menekankan pentingnya meningkatkan kecerdasan emosional pada pasien DM Tipe 2.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Kata kunci</strong> : Diabetes mellitus tipe 2, Kecerdasan Emosional, Pemberdayaan Diri</p> Salma Dena Shera, Mulia Hakam, Nur Widayati Copyright (c) 2024 Jurnal Ilmiah Ners Indonesia https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://online-journal.unja.ac.id/JINI/article/view/36311 Thu, 28 Nov 2024 00:00:00 +0700 Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Tingkat Harga Diri pada Remaja di RW 05 Kelurahan Pelindung Hewan Kecamatan Astana Anyar Kota Bandung https://online-journal.unja.ac.id/JINI/article/view/36906 <p style="font-weight: 400;"><em>Adolescents' use of social media allows them to communicate and share information or content to gain validation and recognition from peers through likes, comments, and number of followers. Social praise and support can boost their self-esteem. Teens also often compare themselves to peers or famous figures on social media. Seeing seemingly better or more successful lifestyles can lead to discomfort, dissatisfaction, and decreased self-esteem. This study aims to determine the relationship between social media use and self-esteem in adolescents in RW 05 Pelindung Hewan Village, Astana Anyar District, Bandung City. This type of research is quantitative and has a cross-sectional design. The sample in this study was 116 respondents using a total sampling technique with the criteria of adolescents aged 16-22. Research instruments used the Bergen Social Media Addiction Scale (BSMAS) and the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). The results showed that most respondents used warning social media (60%), and most had low self-esteem (55%). The Chi-Square test results showed a p-value of=0.011. Because the Asymptotic Significance (2-sided) value of 0.011 &lt;0.05, it can be concluded that there is a relationship between the use of social media and the level of self-esteem in adolescents in RW 05 Animal Protector Village, Astana Anyar District, Bandung City. Urban health cadres are expected to organize digital literacy training for adolescents, including using social media wisely, recognizing fake news, and understanding its impact on self-esteem.</em></p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstrak</strong></p> <p style="font-weight: 400;">Penggunaan media sosial oleh remaja memungkinkan mereka untuk berkomunikasi dan berbagi informasi atau konten untuk mendapatkan validasi dan pengakuan dari teman sebaya melalui <em>likes</em>, komentar, dan jumlah pengikut. Pujian dan dukungan sosial dapat meningkatkan harga diri mereka. Remaja juga sering membandingkan diri mereka dengan teman sebaya atau tokoh-tokoh terkenal di media sosial. Melihat gaya hidup yang tampaknya lebih baik atau lebih sukses dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman, ketidakpuasan, dan penurunan harga diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan media sosial dengan tingkat harga diri pada remaja di RW 05 Kelurahan Pelindung Hewan Kecamatan Astana Anyar Kota Bandung. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan desain <em>cross sectional. </em>Sampel dalam penelitian ini sebanyak 116 responden menggunakan teknik <em>total sampling</em> dengan kriteria remaja berusia 16-22 tahun. Instrumen Penelitian menggunakan <em>Bergen Social Media Addiction Scale</em> (BSMAS) dan <em>Rosenberg Self-Esteem Scale</em> (RSES). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk dalam penggunaan media sosial peringatan (60%) dan sebagian besar responden termasuk dalam tingkat harga diri rendah (55%). Hasil uji <em>Chi-Square</em> menunjukkan nilai <em>p-value=0,011</em>. Karena nilai <em>Asymptotiv Significance (2-sided)</em> 0,011 &lt; 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan penggunaan media sosial dengan tingkat harga diri pada remaja di RW 05 Kelurahan Pelindung Hewan Kecamatan Astana Anyar Kota Bandung. Diharapkan kader kesehatan kelurahan agar dapat menyelenggarakan pelatihan literasi digital untuk remaja yang mencakup penggunaan media sosial secara bijaksana, mengenali berita palsu, dan memahami dampaknya pada harga diri.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Kata Kunci: </strong>Penggunaan Media Sosial, Remaja, Tingkat Harga Diri</p> <p style="font-weight: 400;"> </p> Sri Dewi Tirta Qodariyah, Lidya Maryani, Treesia Sujana Copyright (c) 2024 Jurnal Ilmiah Ners Indonesia https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://online-journal.unja.ac.id/JINI/article/view/36906 Thu, 28 Nov 2024 00:00:00 +0700