https://online-journal.unja.ac.id/JINI/issue/feedJurnal Ilmiah Ners Indonesia2024-05-31T13:50:48+07:00Yosi Oktarina, S.Kep., Ners., M.Kepjini@unja.ac.idOpen Journal Systems<p class="justify">Jurnal Imiah Ners Indonesia (JINI) is an open access that is published by Nursing Science Study Program - Medical Faculty and Health Science Jambi University publish each year in May and November with six articles in each publication.</p> <p class="justify">Jurnal Ilmiah Ners Indonesia has the Online ISSN Number (<a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&1591326829&1&&" target="_blank" rel="noopener">2722-9211</a>) and Print ISSN Number (<a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&1591336835&1&&" target="_blank" rel="noopener">2722-922X</a>) since 2020.</p>https://online-journal.unja.ac.id/JINI/article/view/31655Asuhan Keperawatan Pada Penurunan Curah Jantung Dengan Intervensi Posisi Semi fowler: Studi Kasus Pada Pasien Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) Di Ruang ICCU2024-05-06T10:21:46+07:00Makhrufi M.A.S. Ardiyantomakhrufi@unej.ac.idMuhamad Zulfatul A'lam.zulfatul@unej.ac.idSugito Tri Gunartosugito@mail.unej.ac.idAkhmad Zainur Ridlazainurridla@unej.ac.id<p><em>Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) is characterized by initial complaints such as fatigue, jugular vein distention, cough, shortness of breath, paroxysmal nocturnal dyspnea, CRT<3 seconds, and arrhythmia indicated by auscultation results. In this case study, observations were made of individuals diagnosed with ADHF and a low heart rate, who underwent treatment in a semifowler position for three days in a Bali hospital. An increase in heart rate was observed as a result of the intervention in this case study, along with reduced shortness of breath or dyspnea, less fatigue, and increased ability to engage in minimal bed activity in patients.Similarly, jugular vein distention, coughing, and muscle contractions all contribute to reduced breathing. Semi-fowler positions are used with patients as an alternative to diuretic treatment in cases of elevated heart rate. It is hoped that future researchers will be able to combine a semi-Fowler intervention with other more complex research designs that include more detailed observation sheets or monitoring in order to monitor not only the patient's hemodynamic status, but also the oxygenation status and other factors that contribute to improvement in patients with heart rate reduction disorders</em></p> <p><strong><em>Abstrak</em></strong></p> <p style="font-weight: 400;">Gagal jantung dekompensasi atau yang disebut juga <em>Acute Decompensated Heart Failure </em>(ADHF) terjadi secara langsung (akut atau subakut) dengan gejala yang bertahap dari keluhan awal berupa keletihan, distensi vena jugularis, batuk disertai sesak napas, paroksimal nocturnal dispnea, hingga CRT > 3 detik dan hasil auskultasi dengan interpretasi aritmia pada irama bunyi jantung. Penurunan curah jantung menjadi salah satu masalah keperawatan prioritas pada pasien ADHF. Metode dalam studi kasus ini yakni berupa pengamatan yang dilakukan pada pasien ADHF dengan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung dan diberikan intervensi posisi <em>semi fowler </em>selama tiga hari di rumah sakit di Bali. kondisi sadar dan tidak takut untuk mengikuti serangkaian intervensi yang diberikan. Hasil dari pemberian intervensi yang dilakukan dalam studi kasus ini yakni berupa peningkatan curah jantung dan hasil evaluasi yang diperoleh dari keluhan pasien berupa sesak napas atau dispnea yang menurun, keletihan menurun, dan juga mampu beraktivitas dengan minimum di tempat tidur. Begitu juga tidak teraba distensi vena jugularis, batuk dan otot bantu napas menurun. Pemberian posisi <em>semi fowler </em>yang diimplementasikan kepada pasien sebagai bentuk alternatif selain pemberian obat diuretik dalam meningkatan curah jantung. Harapan peneliti selanjutnya dapat menerapkan intervensi <em>semi fowler</em> dengan desain penelitian lain yang lebih kompleks dengan lembar observasi atau pengamatan yang lebih lengkap dalam melakukan pengamatan tidak hanya status hemodinamik pasien, namun juga status oksigenasi dan juga faktor lainnya yang menjadi aspek peningkatan pasien dengan gangguan penurunan curah jantung.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Kata kunci</strong> : <em>Acute Decompensated Heart Failure, Penurunan curah jantung</em>.</p>2024-05-31T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Ilmiah Ners Indonesiahttps://online-journal.unja.ac.id/JINI/article/view/31899Hubungan Komunikasi Penyedia Layanan Kesehatan dengan Rehospitalisasi pada Pasien Congestive Heart Failure 2024-05-06T10:24:50+07:00Nurul Hidayahnurulhidayah@ummgl.ac.idDian Aulia Kurniawatinurulhidayah@ummgl.ac.id<p style="font-weight: 400;"><em>Communication is the process of conveying information, whether in the form of messages, ideas or thoughts from the communicator to the communicant. Communication plays an important role in the patient recovery process, especially Congestive Heart Failure patients. The aim of this study is to analyze the relationship between health service provider communication and rehospitalization in Congestive Heart Failure patients. This research method is quantitative research with a descriptive analysis model involving 27 Congestive Heart Failure patients during rehospitalization. The sampling technique is total sampling. The data collection tool in this research is a questionnaire containing 30 questions. Data analysis in this study used Chi Square. The results of statistical tests using Chi Square obtained a p value = 0,000 with an Odd Ratio (OR) = 9,15. So, it can be concluded that there is a relationship between communication between health service providers and rehospitalization in Congestive Heart Failure patients and respondents who have no communication with health service providers are 9,15 times more likely to undergo rehospitalization > 1 time compared to respondents who communicate with service providers. health. Suggestions for health service providers are expected to improve services, especially communication when treating Congestive Heart Failure patients in hospitals. It is hoped that this communication from health service providers can minimize the incidence of rehospitalization.</em></p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstrak</strong></p> <p style="font-weight: 400;">Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, baik berupa pesan, ide atau gagasan dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi berperan penting dalam proses kesembuhan pasien terutama pasien <em>Congestive Heart Failure</em>. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan komunikasi penyedia layanan kesehatan dengan rehospitalisasi pada pasien <em>Congestive Heart Failure</em>. Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan model analisis deskriptif yang melibatkan 27 pasien <em>Congestive Heart Failure</em> selama rehospitalisasi. Teknik pengambilan sampel dengan total sampling. Alat pengumpul data dalam penelitian ini berupa kuesioner yang berisi 30 pertanyaan. Analisa data pada penelitian ini menggunakan <em>Chi Square</em>. Hasil uji statistik dengan menggunakan <em>Chi Square</em> diperoleh nilai <em>p value</em> = 0,000 dengan <em>Odd Ratio</em> (OR) = 9,15. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan komunikasi penyedia layanan kesehatan dengan rehospitalisasi pada pasien <em>Congestive Heart Failure</em> dan responden yang tidak ada komunikasi dengan penyedia layanan kesehatan berpeluang 9,15 kali lebih besar menjalani rehospitalisasi > 1 kali dibandingkan dengan responden yang melakukan komunikasi dengan penyedia layanan kesehatan. Saran bagi penyedia layanan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pelayanan terutama komunikasi pada saat perawatan pasien <em>Congestive Heart Failure</em> di rumah sakit. Komunikasi penyedia layanan kesehatan ini diharapkan dapat meminimalisasi kejadian rehospitalisasi.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Kata kunci:</strong> Komunikasi, <em>Congestive Heart Failure</em>, Rehospitalisasi.</p>2024-05-31T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Ilmiah Ners Indonesiahttps://online-journal.unja.ac.id/JINI/article/view/31687Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Aktivitas Seksual dengan Kecemasan pada Ibu Hamil 2024-05-22T20:05:21+07:00Kharisma Yogy Shofianakharismayogy2803@gmail.com Tina Mawardikatinamawardika@gmail.com<p style="font-weight: 400;"><em>Pregnancy is an event that changes the physical and psychological state of a woman due to the growth and development of the reproductive organs and fetus. Psychological changes that often occur mothers often feel anxious about the fetus, one of which is the fear of miscarriage if the mother performs sexual activity during pregnancy. Lack of exposure to information and knowledge makes mothers have a negative perception and makes mothers reluctant to do this. The purpose of this research is to determine the relationship between the level of knowledge about sexual activity with anxiety in pregnant women in the </em>Puskesmas<em> Labour Region Lerep. This research is a quantitative research with cross sectional design. The population of this research was all pregnant women in the Puskesmas Labour Region Lerep, a population of 226 pregnant mothers and the sample in this study was determined by purposive sampling with respondents who met the criteria totaling 85 pregnant respondents who live in Ungaran City. This research instrument uses a knowledge level questionnaire about sexual activity and an anxiety questionnaire about sexual activity in pregnant mothers. The results showed mothers with lack of knowledge and experiencing severe anxiety as many as 28 respondents (65.1%). The data analysis of this research used the Spearman Rank test so that the p-value was obtained (0.033). The conclusion of this research is that there is a significant relationship between the level of knowledge about sexual activity and anxiety in pregnant women. It is expected that health workers are able to provide information such as health promotion to pregnant mothers regarding the level of knowledge with anxiety in pregnant mothers, so that the knowledge of pregnant women increases and the anxiety experienced will decrease. </em></p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstrak</strong></p> <p style="font-weight: 400;">Kehamilan adalah peristiwa yang mengubah fisik dan psikologis seorang wanita karena pertumbuhan dan perkembangan alat reproduksi dan janin. Perubahan psikologis yang sering terjadi ibu sering merasa cemas terhadap janinnya salah satunya adalah takut mengalami keguguran jika ibu melakukan aktivitas seksual selama kehamilan. Kurangnya terpapar informasi dan pengetahuan membuat ibu memiliki persepsi negatif dan membuat para ibu enggan melakukan hal tersebut. Tujan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang aktivitas seksual dengan kecemasan pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan <em>desain cross sectional</em><em>. </em>Populasi penelitian ini seluruh ibu hamil yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep yaitu sebanyak 226 ibu hamil dan sampel pada penelitian ini ditentukan dengan <em>purposive sampling </em>dengan responden yang memenuhi kriteria berjumlah 85 responden ibu hamil yang berdomisili di Kota Ungaran. Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner Pengetahuan tentang aktivitas seksual yang dilakukan selama kehamilan dan kuesioner kecemasan yaitu <em>anxiety in the mother’s primigravida in sexual behaviour</em>. Hasil penelitian menunjukkan ibu dengan pengetahuan kurang dan mengalami kecemasan berat sebanyak sejumlah 28 responden (65,1%). Analisis data penelitian ini menggunakan uji <em>Rank Spearman sehingga </em>didapatkan nilai <em>p-value </em>(0,033). Kesimpulan pada penelitian ini ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang aktivitas seksual dengan kecemasan pada ibu hamil. Pihak petugas kesehatan diharapkan mampu memberikan informasi seperti promosi kesehatan kepada ibu hamil mengenai tingkat pengetahuan dengan kecemasan pada ibu hamil, sehingga pengetahuan ibu hamil meningkat serta kecemasan yang dialami akan menurun.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong><em>Kata kunci:</em></strong><em> Kehamilan, kecemasan, pengetahuan, aktivitas seksual</em></p>2024-05-31T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Ilmiah Ners Indonesiahttps://online-journal.unja.ac.id/JINI/article/view/33721Gambaran Pelaksanaan Discharge Planning di Ruang Perawatan Jantung2024-05-26T17:48:12+07:00Yosi Oktarinaoktarinayosi@unja.ac.idNurhusna Nurhusnaoktarinayosi@unja.ac.idAndi Subandioktarinayosi@unja.ac.id<p style="font-weight: 400;"><em>Coronary heart disease (CHD) patients are vulnerable to rehospitalization. One of the reasons for the high rehospitalization rate in CHD patients is the implementation of inadequate discharge planning. The aim of this research is to find out an overview of the implementation of discharge planning in the cardiac inpatient room. This research was a descriptive analytical research with a survey design. The sample in this study was patients with coronary heart disease. The sampling technique used was convenience sampling. The sample size in this study was 67 people. The research used a discharge planning implementation questionnaire. Data were analyzed using quantitative descriptives presented in the form of frequencies and percentages. </em><em>The results showed that the implementation of discharge planning in the fair category was 35.82%, good 31,34%, poor 23,88%, and very good 8,96%. Therefore, it is hoped that the implementation of discharge planning in the room can be improved through the availability of operational procedural standards regarding the implementation of structured and planned discharge planning so that the implementation of discharge planning in the room becomes more optimal.</em></p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstrak</strong></p> <p style="font-weight: 400;">Pasien penyakit jantung koroner (PJK) rentan mengalami rehosipitalisasi. Tingginya angka rehospitalisasi pada pasien PJK salah satunya dipengaruhi oleh pelaksanaan <em>discharge planning </em>yang tidak adekuat. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran pelaksanaan <em>discharge planning </em>di ruang perawatan jantung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain survey. Sampel dalam penelitian ini yaitu pasien dengan penyakit jantung koroner. Teknik <em>sampling </em>yang digunakan yaitu <em>convenience sampling</em>. Besar sampel dalam penelitian ini yaitu 67 orang. Penelitian menggunakan kuesioner pelaksanaan <em>discharge planning. </em>Data dianalisis menggunakan deskriptif kuantitatif yang disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan <em>discharge planning </em>dalam kategori cukup sebesar 35,82%, baik 31,34%, kurang baik 23,88%, dan sangat baik 8,96%. Oleh karena itu, diharapkan pelaksanaan <em>discharge planning </em>di ruangan tersebut dapat ditingkatkan melalui tersedianya standar prosedural operasional mengenai penerapan <em>discharge planning </em>yang terstruktur dan terencana sehingga pelaksanaan <em>discharge planning </em>di ruangan menjadi lebih optimal.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Kata kunci</strong>: <em>discharge planning</em>, penyakit jantung koroner, rehospitalisasi</p>2024-05-31T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Ilmiah Ners Indonesiahttps://online-journal.unja.ac.id/JINI/article/view/31917Hubungan Pola Makan dan Stress terhadap Kejadian Gastritis di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam2024-05-06T10:35:55+07:00Elsa Sylviaelsa@stikes-aisyiyah-palembang.ac.idRomy Suwahyuromysuwahyu@gmail.com<p style="font-weight: 400;"><em>Gastritis is an inflammation of the gastric mucosa. Gastritis can be caused by diet, drugs, alcohol, bacterial infections, stress conditions, illness. Gastritis occurs in people who have an irregular diet and eat foods that stimulate the production of stomach acid. Workload and life problems (stress) can trigger gastritis. The aim of the study was to know the relationship between diet and stress on the incidence of gastritis in the internal medicine ward of Bhayangkara Hospital. The research design was cross sectional with purposive sampling technique. The population was 100 people and the sample size was 35 people. Place of research in the internal medicine ward of Bhayangkara hospital. The study was conducted in February 2023. The univariate results were 54.3% with acute gastritis, 60.0% with a good diet and 60.0% with mild stress. The bivariate results showed that there was a relationship between diet and stress with the incidence of gastritis, the p value of the two variables was 0.00. Suggestions for the hospital can provide education about a good diet, as well as provide counseling services for people with gastritis (as needed).</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung. Penyakit gastritis dapat disebabkan karena pola makan, obat-obatan, alkohol, infeksi bakteri, kondisi stres, penyakit. Penyakit gastritis terjadi pada orang-orang yang mempunyai pola makan yang tidak teratur dan memakan makanan yang merangsang produksi asam lambung. Beban kerja dan persoalan hidup (stres) dapat memicu terjadi gastritis. Tujuan penelitian adalah diketahuinya hubungan antara pola makan dan stres pada kejadian gastritis di ruang rawat inap penyakit dalam Rumah sakit Bhayangkara Palembang. Rancangan penelitian adalah <em>cross sectional </em>dengan tehnik pengambilan sample <em>purposive sampling. </em>Populasi 100 orang dan jumlah sampel 35 orang. Tempat penelitian di ruang rawat penyakit dalam Rumah sakit Bhayangkara Palembang. Penelitian dilakukan bulan Februari 2023. Hasil penelitian univariat didapatkan 54,3% dengan gastritis akut, 60,0% dengan pola makan baik dan 60,0 % dengan stres ringan. Hasil bivariat didapatkan ada hubungan pola makan dan stres dengan kejadian gastritis, nilai p <em>value </em>kedua <em>variable </em>adalah 0,00. Saran bagi Rumah sakit dapat memberikan edukasi mengenai pola makan yang baik, serta menyediakan layanan konseling untuk penderita gastritis (sesuai kebutuhan).</p> <p><strong>Kata kunci</strong> : Gastritis, pola makan, stress</p>2024-05-31T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Ilmiah Ners Indonesiahttps://online-journal.unja.ac.id/JINI/article/view/33449Analisis Perbandingan Edukasi Kesehatan Media Video dan Media Leaflet terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja Putri tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 2024-05-30T06:31:19+07:00Dewi Aryanida9523902@gmail.comSri Mulyanida9523902@gmail.comFadliyana Ekawatyda9523902@gmail.com<p>ABSTRAK</p> <p>Latar Belakang :Berdasarkan data Clobocan yang dirilis oleh WHO, pada tahun 2020 angka kejadian dan kematian di dunia penyakit kanker payudara di dunia yang menempati peringkat tertinggi. Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan tertinggi pada tahun 2020 dengan angka kejadian yaitu 65.858 dan 30,8% perempuan terdiagnosis kanker payudara yang umumnya dipengaruhi juga karena pendeteksian penyakit yang terlambat. Edukasi kesehatan tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) menggunakan media video dan media leaflet</p> <p>Metode: Penelitian Quasy Eksperimental dengan Nonequivalent Control Group Desain. Jumlah 36 siswi terdiri dari 18 siswi kelompok media video dan 18 siswi kelompok leaflet. Medianya adalah media video dan leaflet dan analisa data menggunakan uji Wilcoxon .</p> <p>Hasil: Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan sesudah diberikan edukasi kesehatan tentang SADARI dengan media video dan media leaflet. Hasil uji Wilcoxon kelompok video memiliki nilai mean sebelum (43,70) dan sesudah diberikan edukasi menjadi (90,19) p-value 0,000 kelompok edukasi media leaflet memiliki mean sebelum (46,95) dan sesudah diberikan edukasi menjadi (46,66) p-value 0,063. </p> <p>Kesimpulan: Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan siswi kelompok edukasi dengan media video dan media leaflet.</p> <p>Kata Kunci : Pengetahuan, Edukasi Kesehatan, SADARI, Media Video, Media Leaflet</p>2024-05-31T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Ilmiah Ners Indonesia